Bahasa pertama Gurnah adalah Swahili, tetapi dia menulis dalam bahasa Inggris.
Ia merupakan penulis kelahiran Afrika keenam yang dianugerahi Nobel Sastra.
Baca Juga:
Timnas Indonesia Lawan Tanzania Imbang 0-0 dalam Laga Uji Coba
Penghargaan ini biasanya didominasi oleh penulis asal Eropa dan Amerika Utara, sejak pertama kali diselenggarakan tahun 1901.
Gurnah, yang baru-baru ini pensiun dari pekerjaannya sebagai profesor sastra di Universitas Kent, Inggris, mendapat telepon dari Akademi Nobel ketika sedang berada di dapur rumahnya di Canterbury.
Awalnya, dia menyangka telepon itu adalah lelucon.
Baca Juga:
Jokowi Undang Presiden Tanzania Hadiri Indonesia-Africa Forum
"Anda pikir itu tidak benar," katanya kepada The Associated Press.
“Itu benar-benar membuat saya seperti kehilangan napas,” ujarnya.
Anders Olsson, ketua Komite Nobel untuk sastra, menyebut Gurnah sebagai salah satu penulis pasca-kolonial paling terkemuka di dunia.