"Apa yang bisa dilakukan fiksi adalah mengisi kekosongan," katanya.
"Dan sebenarnya fiksi memungkinkan orang untuk melihat bahwa, pada kenyataannya, itu adalah cerita rumit yang dihaluskan oleh kebohongan dan distorsi yang terdengar tinggi, menjadi budaya populer yang mengharuskan mereka untuk mengabaikan apa yang tidak ingin mereka dengar."
Baca Juga:
Timnas Indonesia Lawan Tanzania Imbang 0-0 dalam Laga Uji Coba
Gurnah lahir pada tahun 1948 di pulau Zanzibar, yang saat ini menjadi bagian dari Tanzania.
Ia pindah ke Inggris pada akhir 1960-an, untuk melarikan diri dari rezim represif yang menganiaya komunitas muslim Arab, yang merupakan komunitas tempat dia berasal.
Dia mengatakan, dirinya mulai menulis karena 'tersandung'.
Baca Juga:
Jokowi Undang Presiden Tanzania Hadiri Indonesia-Africa Forum
Menulis adalah caranya untuk mengeksplorasi kehilangan dan mengekspresikan pengalamannya sebagai emigran.
Gurnah menulis 10 novel, di antaranya adalah 'Memory of Departure', 'Pilgrims Way', 'Paradise', 'By the Sea', 'Desertion' dan 'Afterlives'.
Dia mengeksplorasi kisah yang disebutnya sebagai “salah satu kisah di zaman kita”, yaitu dampak besar dari migrasi, baik pada orang-orang yang tercerabut dari tanah airnya dan bagaimana mereka memulai kehidupan di tempat baru.