Meski begitu ODNI menuturkan masing-masing lembaga intelijen
yang mendukung kedua teori sama-sama memiliki "keyakinan rendah atau
sedang". Dalam dunia intelijen, hal itu berarti mereka yakin bahwa bukti
yang mendukung kedua teori itu jauh dari konklusif.
ODNI menuturkan mayoritas lembaga intelijen AS menganggap
"tidak ada informasi yang cukup untuk membuktikan bahwa satu teori lebih
mungkin daripada yang lainnya."
Baca Juga:
Presiden Prabowo Usulkan Two-State Solution untuk Akhiri Konflik Gaza dalam Pertemuan dengan AS
Lebih lanjut, pernyataan ODNI itu tidak mengidentifikasi dua
lembaga AS yang meyakini virus itu berasal dari hewan yang terinfeksi. Saat
ini, AS setidaknya memiliki total 17 lembaga intelijen.
ODNI juga tak menjabarkan lembaga intelijen mana yang
percaya bahwa penyebaran corona diawali dari kecelakaan laboratorium.
Namun, seorang sumber yang dekat dengan komunitas intelijen
mengatakan bahwa baik Badan Pusat Intelijen (CIA) maupun Badan Intelijen
Pertahanan AS saat ini belum memutuskan mendukung teori yang mana.
Baca Juga:
Gagal Menyentuh Pemilih, Harris Kalah Telak Meski Kampanye Penuh Serangan ke Trump
Kedua lembaga intelijen itu sama seperti sebagian besar
agensi mata-mata lainnya yang menganggap bahwa informasi saat ini tidak cukup
menentukan teori mana yang lebih kuat menjelaskan asal usul virus corona.
Presiden AS, Joe Biden, pun telah memerintahkan komunitas
intelijen negara menyelidiki lagi asal mula Covid-19. Biden meminta intelijen
AS memberikan hasil investigasi tersebut dalam 90 hari ke depan.
"Sebagai bagian dari laporan (intelijen AS) itu, saya
telah meminta penyelidikan lebih lanjut yang mungkin diperlukan, termasuk
pertanyaan spesifik untuk China. Saya juga telah meminta Komunitas Intelijen AS
memberitahu Kongres sepenuhnya tentang penyelidikan ini," kata Biden dalam
sebuah pernyataan seperti dikutip WahanaNews,
pada Sabtu (29/5).