WahanaNews.co | Wakil komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), Laksamana Ali Fadavi, sesumbar bahwa Iran akan menyerang Amerika Serikat (AS) dan Israel dengan kekuatan besar bila waktunya sudah tiba.
Dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi Al-Manar pekan lalu, Fadavi mengatakan bahwa dunia akan segera menyaksikan penarikan penuh pasukan Amerika dari Timur Tengah.
Baca Juga:
Donald Trump Mulai Umumkan Nominasi Anggota Kabinet, Ini Daftarnya
“Kami tidak memiliki keraguan sedikit pun bahwa pada waktu yang tepat, ketika kami menyerang Amerika—Setan Besar—dan pengikut Zionisnya, kami akan menyerang mereka dengan kekuatan besar," katanya, yang diterjemahkan Middle East Media Research Institute (MEMRI), Senin (10/1/2022).
"Seperti yang Imam Khamenei terkenal katakan dulu, ketika Zionis menghibur beberapa ilusi... dia berkata, 'Jika mereka mengambil langkah terkecil [melawan kami], kami akan mengubah Haifa dan Tel Aviv menjadi debu'," lanjut kata Fadavi, menirukan kutipan Khamenei.
Petinggi IRGC Iran ini juga kembali mengumbar retorika pelenyapan rezim Zionis Israel.
Baca Juga:
Prabowo Dukung Solusi Dua Negara untuk Selesaikan Konflik Palestina
"Jika Zionis melakukan sesuatu yang bodoh dan mengambil langkah melawan kami... kami akan melihat ini sebagai tanda bahwa Allah memutuskan kami harus diserang sehingga kami bisa membalas. Ini berarti pemusnahan Zionis,” imbuh dia.
“Ini adalah fakta bahwa Zionis akan pergi jauh lebih cepat daripada kerangka waktu yang ditentukan oleh Pemimpin [Khamenei]. Segera kita akan menyaksikan pemusnahan Amerika dan dominasi mereka atas dunia, dan khususnya atas wilayah ini. Segera kita akan melihat mereka meninggalkan wilayah ini. Ini pasti akan terjadi,” kata Fadavi.
Iran dan negara-negara kekuatan dunia, termasuk AS, sedang melakukan perundingan di Wina untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 yang dikenal sebagai Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).
Iran menuntut pencabutan sanksi sebagai syarat terikat kembali ke JCPOA. Sedangkan AS telah mengancam akan mengambil opsi "Rencana B" jika perundingan nuklir tersebut gagal.
Israel juga telah berulang kali mengancam akan melakukan serangan terhadap Republik Islam Iran dengan menargetkan program nuklirnya, baik secara sepihak atau berkoordinasi dengan AS. Negara Yahudi itu menolak ambil bagian dalam JCPOA.
“Israel bukan bagian dari perundingan di Wina mengenai JCPOA, dan tidak akan terikat dengan persyaratan mereka,” kata Perdana Menteri Israel Naftali Bennett.
"Terkait dengan pembicaraan nuklir di Wina, kami benar-benar prihatin...Israel tidak berpihak pada perjanjian,” ujarnya, seperti dikutip Times of Israel, Selasa (11/1/2022).
"Israel tidak terikat dengan apa yang akan tertulis dalam perjanjian, jika ditandatangani, dan Israel akan terus mempertahankan kebebasan penuh untuk bertindak di mana saja, kapan saja, tanpa batasan." [qnt]