Upaya keras oleh Taliban di Afghanistan telah melemahkan keberadaan ISIS-K, memaksa beberapa anggotanya untuk pindah ke negara tetangga.
Namun demikian, kelompok tersebut terus merencanakan operasi di luar negeri, seperti yang diungkapkan oleh pejabat AS.
Baca Juga:
Balas Israel, Iran Disebut Bakal Tingkatkan Kekuatan Hulu Ledak
“Meningkatnya fokus eksternal ISIS-Khorasan mungkin merupakan perkembangan yang paling memprihatinkan,” kata laporan Pusat Kontra Terorisme Nasional AS yang diterbitkan pada bulan Agustus di CTC Sentinel, sebuah publikasi dari Pusat Pemberantasan Terorisme di West Point.
Pada tahun 2022, ISIS mengklaim kredit atas serangan yang fatal terhadap kuil Syiah di Iran, menewaskan 15 orang. Sebelumnya, pada tahun 2017, serangan terkait dengan ISIS termasuk pemboman kembar yang menyasar parlemen Iran dan makam pendiri Republik Islam, Ayatollah Ruhollah Khomeini.
Serangan ini bersamaan dengan eskalasi konflik baru antara Israel dan Gaza selama tiga bulan. TV pemerintah Iran memperlihatkan kerumunan di berbagai kota, termasuk Kerman, yang berseru "Matilah Israel" dan "Matilah Amerika".
Baca Juga:
Elon Musk Beberkan Alasan Tangguhkan Akun X Pemimpin Tertinggi Iran
Amerika Serikat menyangkal terlibat dalam ledakan tersebut pada Rabu dan menyatakan bahwa tidak ada alasan untuk percaya bahwa Israel terlibat. Mereka menggambarkan ledakan tersebut sebagai "serangan teroris," yang telah sering dilakukan oleh ISIS di masa lalu.
Teheran kerap menuduh Israel dan Amerika Serikat sebagai musuh yang mendukung kelompok militan anti-Iran. Selain itu, militan Baluchi dan separatis etnis Arab juga terlibat dalam serangan di Iran.
Pembunuhan Qassem Soleimani oleh AS pada Januari 2020 dan serangan balasan oleh Iran telah meningkatkan ketegangan antara kedua negara, mendekatkan mereka pada potensi konflik besar di Timur Tengah.