WahanaNews.co, Jakarta - Israel hingga kini belum juga melancarkan serangan darat di Jalur Gaza, setelah mengumumkan siap sejak awal perang pecah dengan milisi Hamas, Palestina.
Israel menunda serangan itu lantaran ditekan Amerika Serikat, menurut dua sumber yang diberi pengarahan singkat mengenai hal tersebut.
Baca Juga:
Israel Siap-siap Hapus Gaza dari Peta: Tak Akan Ada Lagi Hamas dalam Enam Bulan!
Diberitakan CNN, AS mendesak Israel menunda invasi darat karena ingin menyelamatkan warganya yang disandera oleh milisi Hamas Palestina serta bermaksud agar bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.
Ratusan truk bantuan kemanusiaan sendiri telah berminggu-minggu tersendat di Rafah, perbatasan Mesir dengan Gaza, akibat blokade Israel. Meski begitu, sejak Sabtu (21/10), truk-truk itu dilaporkan sudah mulai tiba di Gaza.
"[Pemerintah AS] menekan kepemimpinan Israel untuk menunda karena kemajuan di bidang penyanderaan [dan kebutuhan agar truk bantuan mencapai Gaza]," kata seorang sumber, seperti dikutip CNN, Minggu (22/10/23).
Baca Juga:
Iron Dome Jebol! Rudal Houthi Hantam Jantung Udara Israel di Ben Gurion
Pada Jumat (20/10), dua warga AS berhasil dibebaskan usai ditahan Hamas sejak perang pecah pada 7 Oktober lalu. Keberhasilan pembebasan ini pun dinilai bisa memudahkan pembebasan 200 warga AS yang diyakini disandera pula oleh Hamas.
Sementara itu, seorang pejabat senior Israel membantah bahwa AS menekan Tel Aviv agar menunda serangan darat ke Gaza.
"Kami menyangkal laporan ini. Kami memiliki dialog dan konsultasi yang erat dengan pemerintah AS. AS tidak menekan Israel sehubungan dengan operasi darat," kata pejabat tersebut.
Di sisi lain, saat Presiden AS Joe Biden ditanya apakah ia mendorong Israel menunda invasi, dia mengaku "sedang berbicara dengan Israel."
AS melakukan negosiasi dengan Hamas yang dipimpin oleh Qatar. Menurut sumber yang diberikan pengarahan soal diskusi tersebut, negosiasi itu mencakup pembicaraan tentang bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan warga di Gaza dan perlunya gencatan senjata untuk membebaskan para sandera dan tahanan.
Israel sejauh ini belum mengindikasi bahwa mereka tengah mempertimbangkan gencatan senjata.
Mengenai pembebasan ini, Menteri Luar Negeri Washington Antony Blinken mengatakan kepada acara "Meet the Press" NBC bahwa dia berharap akan ada lebih banyak sandera yang dibebaskan setelah ini.
"Intinya adalah mereka perlu dibebaskan. Masing-masing dan setiap dari mereka, sekarang, tanpa syarat," kata Blinken.
"Saya tidak tahu kenapa Hamas membebaskan Natalie [Raanan] dan Judith [Tai Raanan] terlebih dulu. Saya menggunakan kata pertama dengan penuh pertimbangan karena sekali lagi kami berharap akan ada lebih banyak lagi yang menyusul," ucapnya.
Seorang pejabat di kantor Perdana Menteri Israel mengatakan kepada CNN bahwa pembebasan warga AS tersebut kemungkinan merupakan upaya Hamas mengurangi respons militer Israel. Kendati begitu, dia menegaskan Tel Aviv tak akan melunakkan keputusannya membumihanguskan Hamas.
"[Namun] tekanan [militer Israel] tidak akan hilang hanya karena mereka dibebaskan," kata pejabat tersebut.
"Itu tidak akan mengubah misi [Israel], yaitu menumpas Hamas," tukas dia.
Sejak pertama diumumkan, militer Israel tak kunjung melancarkan serangan darat ke Jalur Gaza. Pasukan Israel hanya mengintensifkan aktivitas di sepanjang perbatasan Gaza dengan meluncurkan serangan-serangan udara.
Meski begitu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant baru-baru ini menyatakan bahwa pasukannya telah berkumpul di perbatasan dekat Gaza. Ia menuturkan Israel bakal segera melihat situasi di Jalur Gaza "dari dalam".
Menteri Ekonomi Israel Nir Barkat juga mengatakan pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah memberikan persetujuan kepada tentara untuk melancarkan operasi memberangus pasukan Hamas. Barkat mengatakan kini keputusan berada di tangan militer Israel.
"Pemerintah Israel telah mengambil keputusan, memberikan lampu hijau kepada tentara untuk memusnahkan mereka dan kini keputusan itu ada di tangan tentara," kata Barkat pada Kamis (19/10).
[Redaktur: Sandy]