WAHANANEWS.CO, Jakarta - Israel kembali memicu kemarahan dunia setelah menculik armada kemanusiaan Global Sumud Flotilla (GSF) di perairan internasional pada Rabu (1/10/2025) malam sekitar pukul 20.30 waktu setempat saat kapal-kapal tersebut menuju pantai Jalur Gaza.
Aksi brutal itu langsung menyulut amarah Presiden Kolombia Gustavo Petro yang kemudian mengumumkan pengusiran seluruh diplomat Israel dari negaranya.
Baca Juga:
Tekanan Politik AS Gagalkan Upaya Pembekuan Israel di UEFA
Di atas kapal-kapal konvoi GSF yang disergap pasukan Israel Defense Forces (IDF), terdapat dua aktivis asal Kolombia serta nama aktivis lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg, yang ikut ditahan paksa dan dibawa menuju pelabuhan Israel.
Laporan Aljazeera menyebutkan, setidaknya ada delapan kapal dalam rombongan flotilla tersebut yang dicegat Israel.
Kapal-kapal itu meliputi Deir Yassine/Mali, Huga, Spectre, Adara, Alma, Sirius, Aurora, dan Grande Blue.
Baca Juga:
Jerman Tolak Akui Kedaulatan Negara Palestina Saat Ini
Petro mengeluarkan pernyataan resmi usai mengetahui dua perempuan Kolombia ditahan oleh pasukan Israel di perairan internasional.
“Mereka bergabung dalam aktivitas solidaritas kemanusiaan untuk Palestina,” tegasnya.
Kantor kepresidenan Kolombia juga merilis identitas dua aktivis tersebut, yakni Manuela Bedoya dan Luna Barreto, yang tercatat sebagai bagian dari rombongan Global Sumud Flotilla.
Pemerintah Kolombia menuntut agar keduanya segera dibebaskan tanpa syarat.
Hubungan Kolombia dan Israel memang memburuk sejak tahun lalu seiring agresi militer Tel Aviv ke Jalur Gaza. Meski demikian, hingga kini masih ada empat diplomat Israel yang bertugas di Kolombia.
Melalui akun X resminya, Petro menyatakan pengusiran “seluruh delegasi diplomatik Israel” karena menganggap tindakan tersebut sebagai “kejahatan baru internasional” oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Lebih jauh, Petro juga menghentikan secara sepihak kesepakatan perdagangan bebas dengan Israel yang sebelumnya telah diteken sejak 2020.
Sikap keras Petro terhadap Israel bukan hal baru. Pada Sidang Majelis Umum PBB bulan September lalu, ia terang-terangan menyebut Netanyahu melakukan “genosida.”
Petro bahkan menuding Presiden Amerika Serikat Donald Trump ikut “bersekongkol” dalam genosida tersebut.
Pekan lalu, Petro juga ikut dalam aksi demonstrasi dukungan Palestina di New York. Akibatnya, pemerintah Washington mencabut visa masuknya ke Amerika Serikat.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]