WahanaNews.co | Sekitar 200 tenaga medis Israel lakukan pengunduran diri pada Kamis (25/8/2022), sebagai aksi protes terhadap aturan shift kerja selama 26 jam.
Ketua Medical Residents Organisation (Mirsham), Dr Rey Biton, mengatakan jumlah tenaga medis yang akan mengundurkan diri akan bertambah jika aturan jam kerja tidak diperbaiki.
Baca Juga:
Kerap Diserang Israel, PBB Sebut Argentina Jadi Negara Pertama Tarik Pasukan dari UNIFIL
Biton mengatakan, dia menerima surat pengunduran diri dari tenaga medis setiap Kamis pukul 14.00 siang waktu setempat.
Surat-surat pengunduran diri ini merupakan bukti bahwa pemerintah gagal memenuhi janjinya untuk menghapus jam kerja selama 26 jam sehari.
"Surat pengunduran diri ini diajukan dengan hati yang pilu dan tangan gemetar. Ini adalah tuntutan terhadap pemerintah karena gagal memenuhi janjinya untuk mengakhiri shift selama 26 jam," ujar Biton, dilansir Middle East Monitor, Minggu (28/8/2022).
Baca Juga:
Netanyahu Tawarkan Rp79 Miliar untuk Bebaskan Satu Sandera di Gaza
Biton mengatakan, persoalan tersebut menjadi krisis kesehatan terburuk dalam sejarah Israel.Dia menilai pemerintah tidak bertanggung jawab, dan menjadikan pemilihan umum sebagai tameng.
"Pemerintah bersembunyi di balik pemilihan (umum) seolah-olah alasan seperti itu dapat menjadi tameng," ujar Biton.
Oktober lalu, ribuan tenaga medis mengundurkan diri sebagai protes atas aturan shift selama 26 jam berturut-turut.
Pemerintah kemudian mengusulkan rencana untuk mempersingkat shift menjadi 18 jam di sepuluh rumah sakit sebagai langkah awal.
Rencananya aturan jam kerja baru berlaku pada 1 April.
Tetapi perubahan jam kerja tersebut ditunda hingga September 2023, dengan alasan masalah prosedural yang disebabkan oleh pemilihan umum mendatang. [rin]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.