WAHANANEWS.CO, Jakarta - Serangan yang terus berlanjut di Gaza memunculkan kegelisahan baru di tengah publik internasional, karena tudingan pelanggaran gencatan senjata yang semakin keras disuarakan otoritas setempat sejak awal Oktober.
Kantor media pemerintah Gaza menuduh Israel telah melanggar perjanjian gencatan senjata dengan Hamas sebanyak 47 kali sejak awal Oktober, menyebut rangkaian serangan itu menewaskan 38 warga Palestina dan melukai 143 orang lainnya, dalam pernyataan pada Sabtu (18/10/2025) malam.
Baca Juga:
Satu Jenazah Bukan Sandera, Israel Gugat Akurasi Penyerahan Hamas
Mereka menyebut pelanggaran tersebut berupa penembakan langsung terhadap warga sipil, pengeboman yang disengaja, serta penangkapan sejumlah warga, dan menilai Israel masih melanjutkan kebijakan agresi meskipun perang telah dinyatakan berakhir.
Otoritas Gaza mendesak PBB dan negara-negara penjamin perjanjian gencatan senjata untuk segera turun tangan agar Israel menghentikan kekerasan dan menjamin perlindungan bagi penduduk sipil yang tidak bersenjata.
Di sisi lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan pada Sabtu (18/10/2025) bahwa perlintasan Rafah sebagai jalur utama bantuan kemanusiaan tidak akan dibuka kembali hingga Hamas menyerahkan seluruh jenazah sandera Israel yang masih berada di Jalur Gaza.
Baca Juga:
Gencatan Senjata Retak, Israel Tembaki Warga Gaza yang Coba Pulang Kampung
"Perdana Menteri Netanyahu memerintahkan agar perbatasan Rafah tetap ditutup sampai pemberitahuan lebih lanjut," bunyi pernyataan dari kantornya yang dikutip media internasional, dan disebutkan bahwa pembukaan kembali akan dipertimbangkan jika Hamas memenuhi kewajiban mengembalikan sandera dan jenazah sesuai kesepakatan.
Militer Israel pada Sabtu (18/10/2025) malam menyebut Palang Merah telah menerima dua jenazah sandera sebagai bagian dari implementasi gencatan senjata, namun situasi lapangan tetap dipenuhi ketegangan dan kekerasan.
Pada Jumat (17/10/2025), sebelas anggota satu keluarga Palestina dilaporkan tewas setelah kendaraan yang mereka tumpangi dihantam pasukan Israel, yang oleh otoritas Gaza disebut sebagai pelanggaran paling mematikan sejak gencatan senjata diberlakukan delapan hari sebelumnya.
Menurut Badan Pertahanan Sipil Gaza, keluarga tersebut sedang dalam perjalanan kembali ke rumah mereka di kawasan Zeitoun, Kota Gaza, ketika bus yang mereka naiki diserang karena dianggap melintasi garis kuning, batas imajiner yang ditetapkan tentara Israel untuk membedakan zona operasi mereka.
"Mereka mungkin tidak tahu di mana posisi garis itu, karena tidak ada tanda fisik di lapangan," ujar Mahmoud Basal selaku juru bicara badan pertahanan sipil, yang menilai keluarga itu tidak bisa membedakan antara garis kuning dan merah yang disebut tentara.
Rekaman video dari Badan Pertahanan Sipil Gaza dan Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB memperlihatkan evakuasi jenazah keluarga tersebut, termasuk tujuh anak dan tiga perempuan yang menjadi korban.
Militer Israel atau IDF membenarkan penembakan terhadap sebuah kendaraan di wilayah utara Gaza, menyatakan bahwa kendaraan mencurigakan terdeteksi melintasi garis kuning dan mendekati pasukan, dan mereka mengklaim telah melepaskan tembakan peringatan sebelum kendaraan itu dianggap mengancam.
Israel dan Hamas saling melempar tuduhan terkait pelanggaran kesepakatan gencatan senjata, dengan Israel menuding Hamas gagal mengembalikan seluruh jenazah sandera, sementara Hamas menyebut sudah menyerahkan 20 sandera hidup dan 12 dari 28 jenazah tetapi membutuhkan peralatan khusus untuk menemukan sisanya di reruntuhan.
Untuk mendukung pencarian tersebut, Turki mengirim puluhan ahli penyelamat bencana untuk membantu menggali puing bangunan, sementara Kementerian Kesehatan Gaza menyebut lebih dari 68.000 warga Palestina telah tewas sejak perang bermula dan memperkirakan sedikitnya 10.000 jasad masih terperangkap di bawah reruntuhan.
Badan Pertahanan Sipil Gaza memperkirakan sekitar 60 juta ton puing kini menutupi wilayah tersebut dan menyebut upaya pemulihan serta pencarian korban sebagai pekerjaan yang nyaris mustahil tanpa bantuan besar-besaran.
Kantor Netanyahu mengonfirmasi bahwa salah satu jenazah yang dikembalikan Hamas telah diidentifikasi sebagai Eliyahu Margalit, dan dalam pernyataan terpisah ia juga menegaskan niatnya untuk maju lagi dalam pemilihan umum Israel tahun depan.
Kementerian Kesehatan Palestina menyatakan pada Sabtu (18/10/2025) bahwa Israel telah mengembalikan 15 jenazah warga Palestina ke wilayah mereka, sehingga total mencapai 135 jenazah sejak gencatan senjata dimulai, dan dokter di Rumah Sakit Nasser, Khan Younis, melaporkan banyak jenazah menunjukkan tanda penyiksaan dan eksekusi seperti tangan terikat, mata ditutup, serta luka tembak di kepala.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]