WahanaNews.co, Gaza- Hari ini, Sabtu (6/1/2024), militer Israel kembali melakukan serangan udara di Kota Rafah di bagian selatan Gaza.
Hal ini menjadi perhatian khusus karena wilayah tersebut sebelumnya digunakan sebagai tempat perlindungan bagi ratusan ribu orang yang mencari perlindungan akibat konflik antara Israel dan Hamas.
Baca Juga:
Pidato soal Gaza, Politisi Irlandia Menangis: Semoga Netanyahu Dibakar Api Neraka!
Pada Jumat (5/1/2024), Kepala kemanusiaan PBB Martin Griffiths menyatakan bahwa kini wilayah Gaza tidak dapat dihuni lagi.
Badan Anak-anak PBB memperingatkan tentang dampak serius pada lebih dari 1,1 juta anak di Gaza akibat pertempuran, kekurangan gizi, dan kurangnya layanan kesehatan.
Para warga sipil di Gaza terus menanggung dampak paling parah dari konflik ini, dan PBB memberi peringatan bahwa krisis kemanusiaan dapat semakin parah dengan munculnya kelaparan dan penyebaran penyakit.
Baca Juga:
Perawat di AS Dipecat Gegara Sebut Perang Israel di Gaza sebagai Genosida
Abu Mohammed (60), yang melarikan diri ke Rafah dari pusat kamp pengungsi Bureij, menyatakan bahwa masa depan Gaza terlihat gelap, suram, dan kehidupan menjadi sangat sulit.
"Pasukan Israel terus bertempur di seluruh Jalur Gaza, di utara, tengah dan selatan," kata juru bicara militer Israel, Daniel Hagari dikutip dari AFP pada Sabtu (6/1/2024).
Hagari mengatakan pasukan Israel mempertahankan kesiap-siagaannya di dekat perbatasan dengan Lebanon, menyusul terbunuhnya seorang komandan penting Hamas dalam serangan di Beirut.
Israel belum mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut, namun seorang pejabat pertahanan AS mengatakan kepada AFP bahwa Israel yang melakukan serangan tersebut.
Perang tak kunjung henti
Koresponden AFP melaporkan pada hari Jumat bahwa serangan Israel telah menghantam kota selatan Khan Yunis dan Rafah serta bagian tengah Gaza.
Sebuah rumah sakit di pusat kota Deir al-Balah melaporkan bahwa sedikitnya 35 orang tewas.
Tentara Israel menyatakan bahwa dalam 24 jam sebelumnya, pasukannya telah melancarkan serangan terhadap lebih dari 100 target di Gaza, termasuk posisi militer, lokasi peluncuran roket, dan gudang senjata.
Kementerian Kesehatan di wilayah yang dikuasai oleh Hamas melaporkan adanya 162 kematian selama periode yang sama.
Bulan Sabit Merah Palestina juga mencatat adanya penembakan dan serangan drone di sekitar rumah sakit Al-Amal di Khan Yunis.
Kejadian tragis lainnya melibatkan tujuh pengungsi, termasuk seorang bayi berusia lima hari, yang tewas saat berlindung di kompleks tersebut.
Pada Jumat (5/1/2024), rekaman dari AFPTV menunjukkan seluruh keluarga yang sedang mencari perlindungan dari kekerasan tiba di Rafah menggunakan mobil yang penuh muatan, berjalan kaki, atau mendorong gerobak tangan yang penuh barang.
Seorang perempuan dalam keluarga tersebut menyatakan, "Kami melarikan diri dari kamp Jabalia ke Maan (di Khan Yunis) dan sekarang kami melarikan diri dari Maan ke Rafah."
Dia tidak mau menyebutkan namanya dan mengakui bahwa mereka telah kehilangan pasokan air, listrik, dan tidak lagi memiliki persediaan makanan.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]