WahanaNews.co | Serangan terhadap warga Palestina dan tindakan agresi Israel di Yerusalem yang diduduki mengalami eskalasi.
Karena itu, forum intelijen Israel memperkirakan bahwa ini akan menyebabkan gelombang ketegangan keamanan sebelum Ramadhan.
Baca Juga:
Di Tengah Konflik Panjang, Ini Rahasia Israel Tetap Berstatus Negara Maju dan Kaya
Forum intelijen Israel memantau apa yang mereka yakini sebagai serangkaian operasi Palestina di Yerusalem Timur, terutama di daerah Bab Al-Amud, terutama setelah serangan penikaman terhadap tentara dan pemukim.
Insiden ini terjadi bersamaan dengan acara keagamaan, seperti Isra dan Miraj, dan menjelang bulan suci Ramadhan.
Adnan Abu Amer, dalam artikelnya di Middle East Monitor, dilansir Selasa (15/3/2022), mengatakan, hal itu menegaskan pasukan pendudukan Israel tidak mempelajari pelajaran yang penting dari perang 2021.
Baca Juga:
Pelanggaran Hukum Internasional, PBB: 70 Persen Korban di Gaza Adalah Perempuan dan Anak-anak
Analisis dari peristiwa lapangan di Yerusalem menunjukkan Masjid Al Aqsa merupakan titik konflik permanen antara kedua belah pihak, yang mengharuskan tentara pendudukan menemukan cara yang tepat untuk menetralisir atau melucuti titik-titik ini, termasuk lingkungan Sheikh Jarrah, Silwan dan Kota Tua.
Hal ini terutama terjadi pada acara nasional Palestina yang akan datang untuk memperingati Nakba dan pembantaian Deir Yassin, dengan fokus pada Ramadhan dan Idul Fitri.
Tingkat eskalasi yang dipercepat di Yerusalem Timur juga menunjukkan kemungkinan terjadinya gejolak.
Meskipun demikian, pejabat keamanan Israel tidak mengambil langkah apapun untuk mencegah ketegangan yang ada semakin rumit.
Akibatnya, apa yang terjadi tahun lalu dinilai bisa terulang kembali.
Selain ketegangan keamanan mengenai Masjid Al-Aqsa, warga Yerusalem juga mengeluhkan rasialisme terhadap mereka oleh otoritas Israel yang membuat hidup mereka sulit.
Rasialisme Israel demikian dilakukan dalam persiapan untuk pengusiran warga Palestina dari Yerusalem dalam kerangka pembersihan etnis Israel.
Komunitas keamanan Israel prihatin dengan kampanye "Fajar Agung" di mana orang-orang Yerusalem, penduduk Tepi Barat dan Palestina dari 1948 dipanggil melalui media sosial untuk menghadiri acara mingguan setiap Jumat di Masjid Al-Aqsa.
Pendudukan Israel tahu betul tujuan dari kampanye ini adalah memperkuat kehadiran warga Palestina di Masjid Al-Aqsha di satu sisi, dan untuk menantang pendudukan Israel yang mengklaim kedaulatan atasnya di sisi lain.
Oleh karena itu, hal ini berada di garis depan dari masalah politik yang berkaitan dengan Palestina dan dianggap sebagai platform menghasut pendudukan. [gun]