WAHANANEWS.CO, Jakarta - Setelah kedatangan unit pertama Mirage 2000 di Ukraina pada awal Februari lalu, jet tempur sumbangan dari Prancis itu langsung menunjukkan tajinya.
Pada 7 Maret 2025, dua unit Mirage 2000 milik Angkatan Udara Ukraina berhasil menembak jatuh rudal jelajah Rusia Kh-101.
Baca Juga:
Minyakita Tak Genap 1 Liter, Kemendag Telusuri Dugaan Kecurangan
Angkatan Udara Ukraina merilis foto-foto yang menunjukkan aksi Mirage 2000 mencegat rudal tersebut.
Salah satu jet tempur itu terlihat menembakkan rudal udara-ke-udara yang menghantam sasaran dalam sudut hampir tegak lurus.
“Ini adalah momen penting bagi angkatan udara kami. Kini, Mirage 2000 resmi menjadi bagian dari perlawanan udara Ukraina,” ujar seorang juru bicara Angkatan Udara Ukraina.
Baca Juga:
RBS Bersatu Sumut Emas Hadiri Silaturahmi dan Buka Puasa Bersama Gubsu dan Wagubsu
Insiden ini menjadi bagian dari gelombang serangan udara besar-besaran yang dilakukan Rusia pada 7 Maret lalu.
Berdasarkan laporan Ukraina, Moskow meluncurkan 261 serangan udara, termasuk 67 rudal jelajah dan 194 drone kamikaze.
Di antara rudal jelajah tersebut, terdapat 35 rudal Kh-101 dan Kh-55SM yang ditembakkan dari pesawat pembom strategis Tu-95 dan Tu-22M3.
Selain itu, delapan rudal Kalibr ditembakkan dari kapal perang, tiga rudal balistik Iskander-M, empat rudal S-300 yang digunakan kembali sebagai senjata serangan darat, serta delapan rudal berpemandu udara Kh-59/69.
Sementara itu, Rusia juga meluncurkan 194 drone Shahed-136 dan drone lain untuk mengatasi sistem pertahanan udara Ukraina.
Serangan ini menargetkan berbagai infrastruktur penting, termasuk fasilitas gas dan jaringan listrik di beberapa wilayah, seperti Odesa, Poltava, Chernihiv, Ternopil, dan Kharkiv.
Dalam menghadapi serangan tersebut, Ukraina tidak hanya mengandalkan Mirage 2000. Jet tempur F-16 dari AS, sistem rudal pertahanan udara, serta perangkat perang elektronik juga dikerahkan.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menegaskan peran krusial Mirage 2000 dan F-16 dalam mempertahankan wilayah udara negaranya.
“Kami kini memiliki lebih banyak alat untuk melawan agresi Rusia, dan kami akan terus memperkuat pertahanan udara kami,” kata Zelensky melalui media sosial.
Keberadaan Mirage 2000 di Ukraina merupakan hasil dari komitmen Prancis yang diumumkan setahun sebelumnya. Pada 6 Juni 2024, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengungkapkan rencana pengiriman sejumlah jet tempur Mirage 2000-5F kepada Ukraina dalam wawancara yang bertepatan dengan peringatan D-Day.
“Prancis berdiri bersama Ukraina, dan kami akan memberikan dukungan yang dibutuhkan untuk mempertahankan kedaulatan mereka,” kata Macron.
Prancis juga berkomitmen untuk melatih pilot dan kru perawatan Ukraina, sebuah proses yang diperkirakan memakan waktu lima hingga enam bulan.
Menteri Pertahanan Prancis Sébastien Lecornu mengatakan, “Kami akan mengirimkan enam unit Mirage 2000-5F secara bertahap, dengan tiga unit pertama dijadwalkan tiba pada awal 2025.”
Pelatihan para pilot Ukraina dilakukan di Pangkalan Udara Nancy, di mana mereka belajar bersama skuadron 2/3 Champagne Angkatan Udara Prancis menggunakan pesawat latih Mirage 2000B.
Jet tempur ini dipersenjatai dengan rudal udara-ke-udara Mica, baik dalam varian berpemandu radar maupun inframerah, yang memungkinkan pertempuran jarak jauh.
Selain itu, Mirage 2000 yang dikirim ke Ukraina juga dilengkapi dengan rudal jelajah SCALP-EG (Storm Shadow) yang memiliki jangkauan lebih dari 250 kilometer, serta bom berpemandu AASM Hammer untuk serangan presisi.
Dalam insiden 7 Maret 2025, diduga kuat Mirage 2000 Ukraina menggunakan rudal Mica untuk menjatuhkan rudal Kh-101.
Meski demikian, Angkatan Udara Ukraina belum mengonfirmasi jenis senjata yang digunakan.
Dengan jangkauan hingga 80 kilometer dalam mode radar, rudal Mica memungkinkan pilot menyerang target dari jarak aman.
Namun, rudal Kh-101 memiliki keunggulan berupa ketinggian dan kecepatan rendah yang membuatnya sulit dideteksi, terutama karena terbang di ketinggian rendah untuk menghindari radar.
Pertempuran udara ini menandai semakin berkembangnya kemampuan Ukraina dalam menghadapi serangan udara Rusia, sekaligus membuktikan efektivitas jet tempur sumbangan Barat dalam konflik yang masih terus berlangsung.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]