Dengan kata lain, seluruh pesawat tempur Ukraina berusia setidaknya 31 tahun dan Ukraina era modern tak pernah membeli yang baru.
Masalahnya menjadi lebih berat bagi Ukraina karena ketidakmampuannya mengakses pembaruan persenjataan dan suku cadang untuk dua jenis pesawat tempur itu yang diproduksi oleh Rusia.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Kiev memang telah meningkatkan beberapa MIG dan Sukhoinya dengan pembaruan elektronik (termasuk sistem navigasi dan radar baru untuk MIG), sistem target musuh di helm, pelontar flare otomatis dan komputer baru khusus untuk Sukhoi.
Namun, jumlahnya masih masih sedikit dan dianggap belum signifikan secara komposisi. Baru pada 2020 lalu, pemerintah Ukraina merilis rencana belanja pesawat tempur baru senilai $ 12 miliar atau setara Rp 172,5 triliun yang kemungkinan akan dibeli dari negara-negara NATO.
Ukraina juga memiliki satu armada kecil pesawat attack-and-strike. Termasuk di dalamnya adalah 12 unit Su-24 "Fencer" yang memiliki desain awal melakukan serangan dekat permukaan terhadap target kepentingan NATO saat Perang Dingin lalu, serupa dengan A-10 Warthog milik Amerika di kubu seberangnya.
Baca Juga:
3 Negara Ini Melarang Warganya Tersenyum kepada Orang Lain, Kok Bisa?
Angkatan Darat Ukraina juga mengoperasikan 34 unit helikopter serang Mi-24.
Lagi-lagi, seluruh perangkat itu juga diwarisi pasca-Perang Dingin dan sudah tua. Mereka bukan hanya sulit dioperasikan, tapi juga bakal jadi sasaran empuk jet tempur dan sistem pertahanan udara Rusia.