WahanaNews.co | Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada Minggu (8/1) mengecam "serangan terhadap demokrasi" di Brazil setelah para pendukung mantan presiden Jair Bolsonaro dari kubu sayap kanan menyerbu kongres, istana kepresidenan, dan mahkamah agung negara tersebut.
Biden berkata bahwa dia menantikan untuk bekerja sama dengan Presiden Luiz Inacio Lula da Silva dari kubu sayap kiri yang mengalahkan Bolsonaro dalam pemilu paling menegangkan sepanjang sejarah Brazil yang dilaksanakan tahun lalu.
Baca Juga:
Janji Kampanye Trump: Perang Berakhir Jika Saya Jadi Presiden!
"Saya mengecam serangan terhadap demokrasi dan terhadap pemindahan kekuasaan secara damai di Brazil. Lembaga demokrasi Brazil memiliki dukungan penuh kami dan keinginan rakyat Brazil tidak boleh dirusak," kata Biden melalui Twitter.
Sebelumnya, pada Minggu, Biden mengatakan bahwa situasi di Brazil "keterlaluan."
Kekerasan tersebut menyerupai penyerbuan ke Gedung Capitol AS yang dilakukan dua tahun lalu oleh para pendukung mantan presiden Donald Trump.
Baca Juga:
Kasus Penipuan, Trump Dihukum Denda Rp 5,5 Triliun dan Dilarang Berbisnis di New York
Pemandangan ribuan demonstran berbaju kuning dan hijau menciptakan kerusuhan di ibu kota hingga menimbulkan ketegangan selama berbulan-bulan setelah pemilihan umum Brazil pada 30 Oktober.
Bolsonaro, yang mengikuti jejak Trump yang belum mengakui kekalahannya, menyatakan klaim palsu bahwa sistem pemungutan suara elektronik Brazil rentan terhadap pemalsuan. Pernyataan Bolsonaro itu memicu aksi kekerasan dari para penyangkal hasil pemilu.
"Saya mengecam serangan keterlaluan ini terhadap gedung pemerintahan Brazil yang dihasut oleh pengabaian sembrono demagog Bolsonaro terhadap prinsip-prinsip demokrasi," kata Senator AS Bob Menendez, ketua dari Komite Hubungan Internasional Senat, melalui Twitter.
"Dua tahun sejak 6 Januari, peninggalan Trump terus meracuni belahan bumi kita. Melindungi demokrasi dan meminta pertanggungjawaban para pelaku kejahatan itu penting," lanjutnya.
Bolsonaro terbang menuju Florida, AS pada 48 jam sebelum akhir masa jabatannya dan dia tidak hadir saat pelantikan Lula.
Anggota parlemen Joaquin Castro, seorang tokoh Demokrat dalam komite urusan luar negeri parlemen, menyampaikan kepada CNN bahwa Bolsonaro "pada dasarnya menggunakan metode Trump untuk menginspirasi teroris dalam negeri untuk mengambil alih pemerintah" dan dia "orang berbahaya".
"Amerika Serikat seharusnya tidak menjadi tempat mengungsi tokoh otoriter ini yang menginspirasi terorisme dalam negeri di Brazil. Dia (Bolsonaro) seharusnya dipulangkan ke Brazil," ujar Castro.[rna]