WahanaNews.co | Angka kematian global yang dipicu Covid-19 menembus angka 5 juta pada Senin (1/11).
Amerika Serikat, Uni Eropa, Inggris, dan Brasil – yang semuanya negara berpendapatan tinggi - menyumbang seperdelapan dari populasi dunia dan menyumbang hampir setengah dari semua kasus kematian yang dilaporkan.
Baca Juga:
Korupsi APD Covid Negara Rugi Rp24 Miliar, Eks Kadinkes Sumut Divonis 10 Tahun Bui
AS sendiri mencatat 740.000 kematian, lebih banyak dari negara manapun.
“Ini adalah momen yang menentukan bagi kehidupan kita,” kata spesialis penyakit menular Fakultas Kesehatan Masyarakat Yale, Dr. Albert Ko, dikutip dari Al Arabiya, Selasa (2/11).
“Apa yang harus kita lakukan untuk melindungi diri kita agar kita tidak termasuk 5 juta lainnya?” lanjutnya.
Baca Juga:
Kasus Korupsi APD Covid-19: Mantan Kadinkes Sumut Dituntut 20 Tahun Penjara
Jumlah kematian, yang didata Universitas John Hopkins, hampir sama dengan populasi Los Angeles dan San Francisco jika digabungkan.
Menurut estimasi data dari Peace Research Institute Oslo, jumlah tersebut menyaingi jumlah orang yang tewas dalam pertempuran atau perang antara negara sejak 1950. Secara global, Covid saat ini menjadi penyebab kematian ketiga, setelah penyakit jantung dan stroke.
Angka mengejutkan ini hampir pasti kurang karena terbatasnya tes dan banyak orang yang meninggal di rumah tanpa bantuan medis, khususnya di kawasan miskin di dunia, seperti India.
Titik panas telah bergeser selama 22 bulan sejak wabah dimulai, beralih ke tempat-tempat berbeda dalam peta merah dunia.
Sekarang, virus corona melonjak di Rusia, Ukraina, dan wilayah Eropa Timur lainnya, khususnya di mana rumor, misinformasi, dan ketidakpercayaan terhadap pemerintah menghalangi upaya vaksinasi. Di Ukraina, hanya 17 persen populasi dewasa yang telah divaksinasi penuh, sementara di Armenia hanya 7 persen.
“Apa yang secara unik berbeda tentang pandemi ini adalah ia menghantam paling keras negara-negara dengan sumber daya tinggi,” kata Direktur ICAP (pusat kesehatan global) Universitas Columbia, Dr. Wafaa El-Sadr.
“Itulah ironi Covid-19.”
Sadr mengatakan, negara-negara paling kaya dengan harapan hidup lebih tinggi memiliki proporsi lansia, penyintas kanker, dan penghuni panti jompo lebih besar, semuanya merupakan kelompok rentan Covid.
Sementara itu, negara-negara miskin memiliki populasi anak-anak, remaja, dan orang dewasa yang lebih besar, yang lebih kecil kemungkinannya mengalami sakit parah akibat virus corona. [rin]