WAHANANEWS.CO, Jakarta - Pemerintah Kamboja kini dituduh semakin menekan para jurnalis, baik lokal maupun internasional, yang meliput isu sensitif. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa peliputan berita di negara Asia Tenggara tersebut semakin berisiko.
Salah satu contoh terbaru adalah kejadian yang melibatkan jurnalis Inggris, Gerald Flynn, yang pada bulan lalu dilarang kembali ke Kamboja setelah liburan di Thailand.
Baca Juga:
Bongkar Sindikat Penjualan Rekening Judol, Polisi Sebut 1 Rekening Dihargai Rp10 Juta
Flynn mengungkapkan bahwa pejabat imigrasi menuduh visanya palsu dan ia dilarang masuk secara permanen ke Kamboja, memaksanya untuk kembali ke Thailand.
Flynn bekerja sebagai staf penulis di Mongabay, situs berita konservasi asal AS. Baru-baru ini, ia berkontribusi pada sebuah dokumenter Prancis mengenai tantangan lingkungan di Kamboja, yang dianggap sebagai "berita palsu" oleh pemerintah setempat.
Ancaman terhadap jurnalis yang meliput berita di Kamboja semakin jelas.
Baca Juga:
2 Pelaku Sindikat Judi Online Asal Kamboja Diringkus Polda Jabar
Nathan Paul Southern, jurnalis sekaligus direktur Eyewitness Project, menyatakan bahwa melaporkan isu-isu yang mempermalukan pemerintah sangat berbahaya, baik bagi jurnalis yang berdedikasi maupun masyarakat yang hanya menyuarakan pendapat mereka.
Ia menambahkan bahwa banyak jurnalis dan aktivis yang memilih untuk melarikan diri demi keselamatan mereka.
Dalam beberapa tahun terakhir, jurnalis di Kamboja juga semakin berisiko dijatuhi hukuman penjara.
Pada 2024, Mech Dara, seorang jurnalis ternama, mengungkapkan bahwa ia memilih berhenti setelah dihukum karena menerbitkan laporan mengenai korupsi.
Selain itu, pada 2020, jurnalis Sok Oudom dijatuhi hukuman 20 bulan penjara karena dianggap menyebarkan berita palsu.
Serangan terhadap kebebasan pers semakin meningkat di Kamboja. CamboJA, asosiasi jurnalis di Kamboja, mencatat setidaknya 14 kasus serangan fisik atau hukum terhadap jurnalis antara Juli dan September 2024.
Pemerintah semakin menggunakan hukum pidana untuk menekan jurnalis dan mengancam kebebasan pers di negara ini.
Pemerintah Kamboja mengklaim tetap mendukung kebebasan pers dan melindungi jurnalis, namun banyak yang meragukan komitmen tersebut.
Kritikus menyebut pemerintah Kamboja semakin memperketat kontrol, menargetkan media independen dan mengendalikan opini publik.
[Redaktur: Rinrin Kaltarina]