WAHANANEWS.CO, Jakarta - Kegagalan memalukan mewarnai peluncuran kapal perang terbaru Korea Utara pada Rabu (21/5/2025) lalu.
Insiden ini terjadi di hadapan pemimpin tertinggi Kim Jong-un dan publik yang hadir di galangan kapal Chongjin, wilayah timur laut negara itu.
Baca Juga:
Diduga Hasil Barter dengan Moskow, Kim Jong Un Pamer Rudal Baru
Alih-alih unjuk kekuatan, peluncuran itu berubah menjadi bencana teknis, menodai ambisi militer Pyongyang.
Media pemerintah KCNA melaporkan bahwa pemerintah Korea Utara langsung memulai penyelidikan skala penuh atas insiden tersebut.
Kim Jong-un menyebut kecelakaan itu sebagai “tindakan kriminal yang tak bisa ditoleransi”, mengisyaratkan bahwa insiden ini bukan sekadar kesalahan teknis biasa, melainkan bentuk kelalaian sistemik yang mencoreng wibawa negara.
Baca Juga:
Kim Jong Un Bangkitkan Neraka Laut! Armada Perang Korut Siap Hantam dengan Nuklir
Kerusakan yang Memalukan
Menurut hasil inspeksi awal, tidak ditemukan lubang pada lambung kapal, namun terdapat goresan signifikan di sisi kanan dan air laut masuk melalui sistem penyelamatan ke buritan kapal.
Meski disebut “tidak serius”, kerusakan itu cukup untuk membuat kapal miring dan membahayakan peluncuran.
Proses pemompaan air dan stabilisasi diperkirakan memakan waktu dua hingga tiga hari, sementara perbaikan struktural bisa memakan waktu hingga sepuluh hari.
KCNA menegaskan bahwa penyelidikan ini merupakan bagian dari kampanye Kim Jong-un melawan “sikap ceroboh dan tidak bertanggung jawab.”
Aib Nasional
Ironisnya, peluncuran tersebut dilakukan secara terbuka dan disaksikan banyak warga serta pejabat tinggi, memperbesar dampak psikologis dan reputasi atas kegagalan ini.
Para analis militer menyebut insiden ini sebagai “aib nasional yang terjadi di depan mata dunia.”
Citra satelit yang dirilis oleh Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) menunjukkan kapal tampak miring ke arah sisi pelabuhan setelah peluncuran.
CSIS juga menyoroti bahwa galangan kapal Chongjin tidak memiliki keahlian signifikan dalam pembangunan kapal perang besar, karena sebelumnya hanya memproduksi kapal niaga dan nelayan.
Hukum dan Penahanan Dimulai
Sebagai bagian dari pertanggungjawaban, manajer galangan kapal Chongjin, Hong Kil Ho, telah dipanggil ke lembaga penegak hukum dan kini menjadi subjek penyelidikan resmi.
Beberapa staf lainnya juga disebut tengah menjalani proses penahanan seiring pengumpulan bukti oleh aparat Korea Utara.
Lebih dari sekadar kecelakaan teknis, insiden ini kini dipandang sebagai ujian integritas industri pertahanan Korea Utara, serta memperlihatkan kerentanan manajemen proyek militer yang selama ini dibanggakan oleh rezim Pyongyang.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]