WahanaNews.co | Data
European Copernicus Atmosphere Monitoring Service (CAMS) memaparkan, kebakaran
hutan di Siberia memproduksi 800 megaton karbon dioksida sejak awal Juni, atau hampir
dua kali lipat rekor tahun lalu.
Baca Juga:
Pesawat yang Ditumpangi Wapres Malawi Hilang, Diduga Jatuh di Hutan
Menurut Climate Trade, hanya dalam dua setengah bulan,
kebakaran melebihi emisi karbon dioksida tahunan Jerman, negara Eropa yang
paling berpolusi.
Saat kebakaran terjadi, satelit antariksa mengawasi
bagaimana api melahap hutan subkutub di timur laut Rusia.
Pekan lalu, satelit menangkap citra bagaimana gumpalan besar
asap dari kebakaran menyebar sampai ke Kutub Utara dan mencapai pantai Alaska.
Baca Juga:
Pacar Rahasia Diminta Bujuk Presiden Putin Sudahi Perang di Ukraina
CAMS memperkirakan bahwa sebagian jelaga dari gumpalan asap
akan mengendap di dalam Lingkaran Arktik, yang dapat memperburuk pencairan
lapisan es.
Para ilmuwan mengatakan, tidak mudah untuk mendeteksi jelaga
dalam citra satelit, tetapi model komputer CAMS menunjukkan bahwa beberapa
partikel jelaga memang jatuh ke es laut.
"Jatuhnya partikel aerosol gelap ke es laut akan
mengurangi kemampuan es untuk memantulkan radiasi Matahari dan justru
menyerapnya, mempercepat pencairan es," kata Mark Parrington, ilmuwan
senior di CAMS, dikutip dari Space.com, Jumat (20/8/2021).