WahanaNews.co, Jakarta - Warga Yordania mengekspresikan kemarahan mereka setelah militer kerajaan ikut serta dalam menjatuhkan drone dan rudal Iran yang diarahkan ke Israel pada Sabtu malam atau Minggu (14/4/2024) dini hari.
Kemarahan muncul saat protes terhadap konflik Israel di Gaza terus berlanjut di Ibu Kota Yordania, Amman.
Baca Juga:
Balas Israel, Iran Disebut Bakal Tingkatkan Kekuatan Hulu Ledak
Angkatan Udara Yordania dan militer Amerika Serikat berhasil menembak jatuh drone dan rudal Iran yang ditujukan ke Israel pada Minggu dini hari, menghentikannya sebelum mencapai wilayah Israel.
Sisa-sisa rudal jelajah Iran tersebar di seluruh negeri, dengan salah satu bagian yang masih utuh terlebih dahulu mendarat di daerah pemukiman di Amman.
Serangan yang dilancarkan Iran pada hari Minggu ini merupakan pembalasan atas serangan Israel pada 1 April di konsulat Iran di Damaskus, yang menyebabkan beberapa pejabat militer Iran tewas.
Baca Juga:
Elon Musk Beberkan Alasan Tangguhkan Akun X Pemimpin Tertinggi Iran
Meskipun sebagian besar rudal Iran berhasil dihancurkan, beberapa di antaranya berhasil menyerang pangkalan militer di selatan Israel.
Setelah meluncurkan rudal, pejabat Iran menyatakan bahwa mereka menganggap situasi tersebut telah "teratasi" dan mendorong Israel untuk tidak melakukan eskalasi lebih lanjut.
Israel belum mengumumkan rencana apa pun untuk merespons serangan Iran, tetapi kabinet perang Israel sekali lagi mengadakan pertemuan pada Senin pagi.
Partisipasi Yordania dalam menembak jatuh proyektil Iran telah memicu kemarahan di antara warga Yordania, yang mayoritas menentang perang Israel di Gaza yang telah menyebabkan lebih dari 33.000 warga Palestina tewas sejak 7 Oktober.
Banyak warga Yordania menggunakan media sosial untuk mengekspresikan kemarahan mereka.
"Raja Abdullah II melindungi Israel dari drone Iran, semuanya baik-baik saja. Tapi dia tidak bisa melindungi Tepi Barat [Palestina]," kata Walid al-Jama'iye, warga Yordania pengguna X pada hari Senin.
Pengguna media sosial Israel memuji Raja Abdullah II atas tindakan negaranya yang menembak jatuh drone Iran pada hari Minggu, dan mengatakan bahwa dia adalah sekutu yang lebih baik bagi Israel daripada AS.
Setelah bantuan Yordania dalam menembak jatuh rudal Iran, media Israel melaporkan bahwa pemerintah Israel diperkirakan akan memperpanjang perjanjian bantuan air dengan Yordania untuk satu tahun lagi, yang merupakan permintaan Yordania sebelumnya.
“Pemerintah Yordania berulang kali mengatakan bahwa mereka akan melakukan yang terbaik untuk menghadapi semua rudal yang melewati wilayah udaranya. Pertanyaannya adalah, apakah Yordania akan menghadapi pesawat atau rudal militer Israel jika mereka menyerang Iran?” tanya Ahmad Awad, pendiri dan direktur Phenix Center for Economic and Informatics Studies, kepada The New Arab, Selasa (16/4/2024).
Awad menyatakan bahwa ada kemarahan yang meluas terhadap penggunaan wilayah udara Yordania untuk menghentikan rudal Iran mencapai Israel, namun masyarakat enggan untuk mengkritik tindakan pemerintah di depan umum.
"Jelas bahwa posisi negara-negara Barat memiliki bias yang tidak adil dan buta dalam mendukung rezim apartheid Israel. Mereka tidak memperhatikan kepentingan rakyat di Yordania dan Palestina," tambah Awad.
Pemerintah Yordania telah mengajukan permintaan untuk mengakhiri konflik Israel di Gaza, mengusir duta besar Israel dari Amman, dan mendukung kasus yang diajukan oleh Afrika Selatan yang menuduh Israel melakukan genosida.
Meski demikian, masyarakat Yordania meminta tindakan yang lebih tegas dari pemerintah.
Sejak 26 Maret, ribuan warga Yordania telah melakukan protes di depan Kedutaan Israel di Amman, meminta Yordania untuk melanggar perjanjian damai tahun 1994 dengan Israel.
Pihak berwenang Yordania telah menanggapi protes ini dengan menangkap lebih dari 200 orang dalam tiga minggu terakhir.
Organisasi hak asasi manusia telah meminta pemerintah untuk membiarkan protes damai berlanjut tanpa gangguan.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]