WahanaNews.co | Kehadiran polisi China di bawah pakta keamanan baru akan meningkatkan kemampuan Kepulauan Solomon, tetapi mereka tidak akan menggunakan teknik yang sama dengan di Hong Kong, kata diplomat tinggi Solomon.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh diplomat negara pulau Pasifik itu dalam wawancara dengan radio Australia pada Senin (2/5/2022).
Baca Juga:
Bertemu PM Li Qiang, Jokowi Dorong Realisasi Kerja Sama Konkret Indonesia-RRT
Kepulauan Solomon berupaya "meningkatkan kemampuannya" setelah polisi setempat tidak mampu menahan kerusuhan anti-pemerintah di area Chinatown di ibu kota Honiara pada November 2021, kata Komisaris Tinggi Kepulauan Solomon untuk Australia, Robert Sisilo, kepada Radio ABC.
Negara-negara sekutu Barat telah waspada tentang pakta keamanan tersebut karena khawatir hal itu memberi militer China pijakan strategis di Pasifik.
Barat juga khawatir bahwa polisi China yang dikirim ke Solomon mungkin menggunakan teknik "kejam" yang sama yang sebelumnya digunakan untuk memadamkan protes anti-pemerintah di Hong Kong.
Baca Juga:
Jokowi Terima Kunjungan Resmi PM Li Qiang di Istana Merdeka
Sisilo mengatakan bahwa di bawah pakta tersebut, polisi militer China dapat dipanggil tetapi akan beroperasi di bawah komando Angkatan Kepolisian Kepulauan Solomon seperti halnya polisi Australia yang telah ditempatkan di sana.
"Kami akan mencoba dan melakukan yang terbaik dalam berurusan dengan mereka (polisi China) untuk memastikan bahwa apa yang terjadi di negara-negara lain, seperti yang terjadi di Hong Kong, tidak terjadi di negara kami," ujarnya.
Sementara rincian tentang pakta keamanan itu belum diungkapkan, Perdana Menteri Kepulauan Solomon, Manesseh Sogavare, memastikan tidak ada klausul mengenai pangkalan militer China.