Salah satu pria juga mengatakan bahwa demonstran ingin mengetahui kebenaran.
"Pemerintah kaya, tetapi semua orang di sini memiliki pinjaman yang harus dibayar. Kami merasa sedih, dan kami ingin membagikan rasa itu," tuturnya.
Baca Juga:
Setiap Hari 10.000 Warga Rusia Kabur ke Georgia Gara-gara Putin
Demonstrasi ini merupakan tantangan terbesar pemerintah Kazakhstan, yang diperintah oleh autokrat.
Awalnya, demonstrasi ini dimulai atas kemarahan publik karena kenaikan harga bahan bakar. Namun, beberapa pakar menilai kemarahan ini menjalar hingga ke perilaku korup pemerintah, standar kehidupan, kemiskinan, dan pengangguran di negara itu.
"Ini adalah pemerintahan yang benar-benar lepas atas kenyataan yang terjadi di lapangan. Ini adalah negara tanpa institusi untuk memberikan protes, satu-satunya cara adalah dengan turun ke jalan," kata pengamat Paul Stronski dari Carnegie Endowment for International Peace.
Baca Juga:
Wamendag Bidik Kazakhstan untuk Kembangkan Potensi Perdagangan
Sementara itu, Amnesty International menilai protes ini merupakan konsekuensi atas penekanan hak asasi manusia yang dilakukan pemerintah.
"Selama bertahun-tahun, pemerintah tanpa henti menganiaya perbedaan pendapat yang muncul secara damai, membuat orang-orang Kazakhstan merasa gelisah dan putus asa," kata Direktur Amnesty International untuk Eropa Timur dan Asia Tengah, Marie Struthers, dalam sebuah pernyataan.
Akibat protes ini, beberapa orang terbunuh dan ratusan orang terluka. Internet di wilayah itu juga mati. Bahkan, Tokayev sempat meminta bantuan aliansi militer yang diketuai Rusia untuk mengatasi demo ini. [qnt]