WAHANANEWS.CO, Jakarta - Harga minyak mentah dunia semakin melonjak pada perdagangan Rabu (2/10/2024) setelah Israel menyatakan akan merespons serangan rudal dari Iran.
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI), patokan minyak mentah AS untuk kontrak November, naik 27 sen atau 0,39% menjadi US$ 70,10 per barel. Sejak awal tahun, harga minyak mentah AS telah turun sekitar 2%.
Baca Juga:
Polresta Bandung Ringkus Pelaku Penyalahgunaan BBM Subsidi Jenis Solar di Bojongsoang
Serangan rudal Iran ke Israel membuat harga minyak AS sempat naik hampir 4% di awal perdagangan karena kekhawatiran trader bahwa Israel akan menyerang infrastruktur minyak Iran sebagai balasan.
Sementara itu, harga minyak Brent untuk kontrak Desember mencapai US$ 73,90 per barel, naik 34 sen atau 0,46%. Sepanjang tahun ini, minyak Brent global turun sekitar 4%.
Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, pada Selasa (1/10/2024) malam berjanji bahwa Israel akan memberikan respons yang menyakitkan kepada Iran.
Baca Juga:
Saat Perang di Gaza, 2 Negara Mayoritas Muslim Ini Pasok Minyak ke Israel
Ancaman ini muncul beberapa jam setelah Iran meluncurkan sekitar 180 rudal balistik ke Israel sebagai balasan atas pembunuhan para pemimpin Hamas dan Hizbullah.
“Pembalasan ini akan memengaruhi harga minyak karena bisa menurunkan kapasitas produksi minyak Iran atau memicu serangan proksi Iran terhadap pengiriman minyak dan gas dari Teluk Persia,” kata analis minyak Piper Sandler dalam laporannya kepada klien pada Rabu, dilansir CNBC International.
Sandler menambahkan bahwa Israel kemungkinan akan menargetkan sektor minyak Iran untuk mengurangi pendapatan Teheran dan melemahkan kemampuan perangnya.
Namun, menurut analis Goldman Sachs, Yulia Zhestkova Grigsby, risiko geopolitik masih moderat mengingat tingginya cadangan minyak global dan gangguan produksi yang terbatas.
Data dari Badan Informasi Energi menunjukkan bahwa persediaan minyak AS meningkat 3,9 juta barel minggu lalu, sementara persediaan bensin bertambah 1,1 juta barel.
OPEC+ berencana menaikkan produksi minyak pada Desember, sementara produksi AS mencapai rekor tertinggi. Di sisi lain, permintaan minyak di Tiongkok, importir minyak mentah terbesar dunia, juga melemah tahun ini.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]