WahanaNews.co | Dua anggota parlemen senior dari partai yang berkuasa di Singapura telah mengundurkan diri karena "hubungan mereka yang tidak pantas", kata Perdana Menteri Lee Hsien Loong, Senin, (17/07/23), tentang skandal paling disorot terbaru di negara kota yang terkenal dengan stabilitas politiknya.
Lee mengatakan pengunduran diri ketua Tan Chuan-Jin dan anggota parlemen, Cheng Li Hui, diperlukan untuk menegakkan standar Partai Aksi Rakyat (PAP).
Baca Juga:
Babak Baru UU Cipta Kerja: MK Menangkan Gugatan, Revisi Menyeluruh Segera Dilakukan
Pengunduran diri anggota senior PAP jarang terjadi di Singapura, di mana partai tersebut telah berkuasa sejak 1959, sebelum negara itu merdeka pada 1965.
Perilaku pribadi Tan telah "gagal", kata Lee dalam sebuah pernyataan, dan dia memahami keinginan ketua untuk menjauh dari politik dan "membantu menyembuhkan keluarga (nya)".
Anggota parlemen Cheng telah berada di parlemen sejak 2015.
Baca Juga:
MK Putuskan Libur 1 untuk 6 Hari dalam UU CiptaKerja Bertentangan dengan UUD
Cheng tidak dapat segera dihubungi untuk memberikan komentar dan halaman Facebook-nya telah dihapus pada saat pengumuman tersebut.
Pergolakan politik menyusul penyelidikan korupsi tingkat tinggi terhadap menteri transportasi S Iswaran dan taipan hotel Ong Beng Seng, yang ditangkap pekan lalu sebelum dibebaskan dengan jaminan. Mereka belum mengomentari penyelidikan.
Pada Juni, dua menteri kabinet dibebaskan dari kesalahan setelah pemeriksaan publik terhadap bungalo milik negara yang mereka sewa dengan harga selangit.
Secara terpisah, oposisi Partai Buruh (WP), Senin, mengatakan bahwa pihaknya sedang menyelidiki "hubungan yang tidak pantas" antara dua anggota seniornya setelah sebuah video muncul secara online yang tampaknya menunjukkan mereka berpegangan tangan di sebuah restoran.
Baik PAP maupun WP pernah memecat anggotanya karena terlibat perselingkuhan.
Peristiwa seperti ini tidak biasa di Singapura, yang membanggakan dirinya bebas korupsi dan menjunjung tinggi standar moral politisi.
Ilmuwan politik Chong Ja Ian di National University of Singapore mengatakan perkembangan Senin adalah "masalah yang relatif dapat dikendalikan" yang tidak akan mempengaruhi stabilitas politik Singapura.
“Apa yang ditunjukkan adalah bahwa ada kebutuhan untuk transparansi yang lebih besar baik dalam sistem partai yang berkuasa maupun partai oposisi,” kata Chong.
Berbicara kepada media lokal, PM Lee, Senin, mengatakan bahwa dia akan mencalonkan ketua baru pada 1 Agustus.
Dia menambahkan tidak memiliki rencana untuk mengadakan pemilihan umum segera, yang dijadwalkan pada 2025.[eta]