Samantha Lopez, keturunan imigran Filipina yang bekerja di kedai es krim Korea di kawasan itu, mengaku memahami kemarahan para demonstran namun menyayangkan kekerasan yang terjadi. 							
						
							
							
								“Itu hanya penanganan yang buruk terhadap protes yang tetap damai sampai mereka dihadang oleh petugas,” ujar Lopez. “Itu buruk bagi bisnis, dan itu buruk bagi lingkungan ini.”							
						
							
								
									
									
										Baca Juga:
										Bamsoet Ajak Sejawat Alumni Lemhannas Perkuat Ketahanan Nasional Hadapi Dinamika Geopolitik Global
									
									
										
											
										
									
								
							
							
								Sebagian besar warga yang diwawancarai menolak disebutkan identitas lengkapnya karena kekhawatiran akan tindakan represif dari pemerintah federal. 							
						
							
							
								Banyak dari mereka adalah imigran atau memiliki keluarga yang status imigrasinya rentan.							
						
							
							
								Ketegangan sosial dan politik di AS kini memasuki babak baru, di mana komunitas-komunitas lokal mulai terang-terangan menolak pendekatan militeristik dari pemerintah pusat, dan memilih untuk bersuara demi perlindungan komunitas dan demokrasi yang lebih sehat.							
						
							
								
									
									
										Baca Juga:
										Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei Tegaskan Tidak Ada Penyelesaian dengan Amerika
									
									
										
									
								
							
							
								[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]							
						
					 
					
						Ikuti update 
berita pilihan dan 
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik 
https://t.me/WahanaNews, lalu join.