Samantha Lopez, keturunan imigran Filipina yang bekerja di kedai es krim Korea di kawasan itu, mengaku memahami kemarahan para demonstran namun menyayangkan kekerasan yang terjadi.
“Itu hanya penanganan yang buruk terhadap protes yang tetap damai sampai mereka dihadang oleh petugas,” ujar Lopez. “Itu buruk bagi bisnis, dan itu buruk bagi lingkungan ini.”
Baca Juga:
Claudia Sheinbaum Disudutkan AS, Ini Respons Pedas Sang Presiden Meksiko
Sebagian besar warga yang diwawancarai menolak disebutkan identitas lengkapnya karena kekhawatiran akan tindakan represif dari pemerintah federal.
Banyak dari mereka adalah imigran atau memiliki keluarga yang status imigrasinya rentan.
Ketegangan sosial dan politik di AS kini memasuki babak baru, di mana komunitas-komunitas lokal mulai terang-terangan menolak pendekatan militeristik dari pemerintah pusat, dan memilih untuk bersuara demi perlindungan komunitas dan demokrasi yang lebih sehat.
Baca Juga:
Separuh Asia Tenggara Pilih China, Amerika Serikat Kehilangan Pengaruh
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.