Aguilar juga menyayangkan tindakan pemerintah federal yang dianggap menutup telinga terhadap suara warga dan para pemimpin lokal. “Mereka tidak melakukan apa pun untuk melindungi komunitas ini,” ujarnya.
Pengerahan ribuan tentara ini dinilai sebagai buntut dari protes terhadap razia besar-besaran imigran yang dilakukan ICE (Imigration and Customs Enforcement).
Baca Juga:
Claudia Sheinbaum Disudutkan AS, Ini Respons Pedas Sang Presiden Meksiko
Banyak warga menilai kebijakan ini menyasar imigran yang taat hukum dan memicu keresahan luas. “Trump mengipasi api yang sudah dinyalakan oleh penggerebekan ICE,” kata Aguilar.
Sementara itu, Gubernur California Gavin Newsom memperingatkan bahwa penggunaan militer dalam menghadapi protes sipil dapat “memicu situasi yang mudah meledak” dan menyebut bahwa demokrasi sedang berada di bawah ancaman serius.
Wali Kota Los Angeles Karen Bass bahkan menuding Presiden sengaja menciptakan “kekacauan” demi kepentingan politik.
Baca Juga:
Separuh Asia Tenggara Pilih China, Amerika Serikat Kehilangan Pengaruh
Di lapangan, suasana Little Tokyo berubah drastis. Malam-malam terakhir dipenuhi dengan bentrokan antara demonstran dan pasukan keamanan, grafiti anti-Trump dan anti-ICE merajalela di tembok-tembok toko dan restoran, serta penggunaan granat kejut dan peluru "tidak mematikan" oleh aparat kepolisian.
Anthony, karyawan di sebuah kedai teh, memilih hanya menyebut nama depannya karena takut akan pembalasan.
“Tidak diragukan lagi bahwa presiden yang mengirim ribuan Garda Nasional dan 700 Marinir tidak melakukan apa pun selain membuat para pengunjuk rasa lebih agresif,” ucapnya.