WahanaNews.co | Pemerintah Kolombia tengah meminta Amerika Serikat (AS) untuk memasukkan negara tetangganya, Venezuela, ke dalam daftar negara pendukung terorisme.
Hal ini setelah Kolombia menduga
negara yang dipimpin Nicolas Maduro tersebut sudah bekerjasama dengan melindungi kelompok
gerilya ELN dan pembelot FARC.
Baca Juga:
Putra Presiden Kolombia Ditangkap Terkait Kasus Dugaan Pencucian Uang
Kolombia sebelumnya juga sudah menuduh
Venezuela merupakan otak di balik serangan dan upaya pembunuhan Presiden Ivan
Duque.
Selain itu, menuding Venezuela bekerja
sama dengan kelompok gerilya FARC dalam menjalankan aksi tersebut.
Pada hari Senin (26/7/2021), Presiden Kolombia, Ivan Duque, meminta
Amerika Serikat untuk memasukkan Venezuela sebagai salah satu negara promotor
aksi terorisme.
Baca Juga:
Jasad 2 Penumpang Gelap Ditemukan Ketika Servis Pesawat di Kolombia
Pasalnya, Duque
menuding negara tetangganya tersebut melindungi kelompok pemberontak sayap kiri
ELN dan pembelot FARC yang melakukan aksi teror di pangkalan militer dan
serangan pada helikopter yang ditumpanginya.
Dilansir dari The Rio Times, dalam acara Seminar Internasional Analisis dan
Penanganan Terorisme Perkotaan di Bogota, Presiden Ivan Duque mengatakan bahwa,
"Ini sudah jelas bahwa Venezuela layak mendapatkan label dari Amerika
Serikat sebagai negara pendukung aksi terorisme. Deklarasi ini tidak hanya
bertujuan menunjukkan hubungan yang kian memburuk, tapi mereka juga dapat
berkontribusi untuk mendukung terorisme atau mengirimkan teror kepada otoritas
negara yang mencarinya."
Pada hari Kamis (22/7/2021), Menteri Pertahanan Kolombia mengatakan jika serangan helikopter
yang ditumpangi Ivan Duque ketika menuju ke Kukuta didalangi Venezuela.
Bahkan ia juga menuding serangan bom
mobil di dalam pangkalan militer juga direncanakan oleh negara tetangganya
tersebut.
Bahkan, Jaksa
Agung Kolombia, Francisco Barbosa, juga mengatakan bahwa Kolombia
memiliki bukti bahwa serangan pada Brigadir ke-33
terrsebut berasal dari pasukan pembelot FARC yang menolak perdamaian tahun
2016.
Ia juga mengatakan apabila aksi
pasukan pembelot FARC tersebut dipimpin oleh Jhon Mechas yang mengungsi di
Venezuela.
Bahkan, Presiden
Ivan Duque juga menekankan bahwa pihaknya perlu meningkatkan performa sistem
intelijen, sehingga dapat memastikan di mana pelindung dari kelompok kriminal
tersebut berada, dikutip dari La Prensa
Latina.
Pada keterangannya, Presiden Ivan Duque menyebut bahwa tiga pemimpin pembelot FARC
bernama Ivan Marquez, El Paisa, dan Romania saat ini berada di
Venezuela.
Bahkan, ia juga
menyebut petinggi senior kelompok gerilya ELN (Ejército de Liberación Nacional) bernama Pablito dan Antonio Garcia
saat ini mengungsi ke Venezuela.
Pada kesempatan yang sama, Duque juga
menyerukan untuk membentuk aliansi global untuk mencari jejak mesin-mesin berat
yang digunakan kelompok ilegal dalam melakukan penambangan.
Pasalnya ia menduga hasil penambangan
tersebut yang digunakan untuk mendanai aktivitas terorisme, dilaporkan dari La Prensa Latina.
Tudingan ini tentu membuat hubungan
Kolombia dan Venezuela terus memanas setelah kedua negara memutuskan hubungan
diplomatik.
Hal ini dikarenakan Kolombia hanya
mengakui Juan Guaido sebagai Presiden resmi di negara tersebut sejak
2019 lalu. [qnt]