WahanaNews.co | Pemerintah Irak, yang sedang mengalami krisis, kesulitan merehab 100 lebih istana dan vila mewah era Presiden Saddam Hussein.
Tempat mewah itu tersebar di seluruh Irak yang dibangun oleh mantan diktator Saddam Hussein.
Baca Juga:
Kelompok Proksi Iran Serang Israel, Bom Target Penting
Di mana, beberapa digunakan, banyak di reruntuhan seusai dilanda perang.
Dengan tiang marmer, ukiran hiasan, dan perabotan mencolok, mencerminkan megalomania dan delusi keagungan Saddam.
Saddam mengunjungi beberapa di antaranya hanya sekali atau dua kali.
Baca Juga:
Rudal Balistik Houthi Gempur Tel Aviv, Bantu Hizbullah Perangi Israel
Di kediamannya di Babel, profil orang kuat yang ditakuti itu terukir di relief seperti kaisar Mesopotamia yang ia idolakan, Raja Nebukadnezar II dari Dinasti Kasdim.
Di banyak tempat, inisial "SH" masih terlihat sebagai pengingat lalim yang digulingkan oleh invasi pimpinan AS 2003.
Dia ditangkap akhir tahun itu dan dieksekusi di tiang gantungan pada tahun 2006.
Sebagian besar istananya dijarah selama kekacauan invasi.
Para pencuri memulung semua yang bisa mereka bawa, bahkan mencabut kabel listrik dari dinding.
Sejak itu, hanya segelintir tempat tinggal megah yang diberi kesempatan hidup kedua.
Seringkali sebagai pangkalan militer atau administrasi publik, lebih jarang sebagai museum.
Sebagian besar kosong, sebagian karena biaya renovasinya mahal.
“Kita dapat mengubah istana menjadi museum, setidaknya di Baghdad," kata Laith Majid Hussein, Direktur Badan Purbakala dan Warisan Negara Irak, kepada AP, Kamis (10/2/2022).
Dia mencontohkan, seperti museum permadani atau tentang keluarga kerajaan atau seni Islam.
Namun, dia mengakui, merehabilitasi banyak “kastil raksasa” Irak akan membutuhkan biaya yang luar biasa.
Birokrasi dan korupsi yang mengakar menimbulkan rintangan lain, kata seorang pejabat senior pemerintah.
“Birokrasi dan korupsi menghambat restorasi istana-istana ini untuk mengubahnya menjadi kompleks wisata atau pusat warisan,” katanya.
Saddam, selama lebih dari dua dekade berkuasa di negara kaya minyak itu, memiliki banyak monumen dan istana.
Dibangun dengan riang untuk menentang embargo Barat pada era 1990-an.
Dalam gejolak perang, banyak yang rusak dalam pertempuran atau digunakan sebagai pangkalan militer AS dan pasukan asing lainnya.
Di Baghdad, tiga istana sekarang menjadi tempat kepresidenan dan kantor perdana menteri.
Kompleks Al-Faw, yang mewah dikelilingi oleh danau buatan, sejak 2021 menampung Universitas swasta Amerika, yang dibangun oleh seorang investor Irak.
Al-Faw, terletak dekat bandara untuk tamu VIP Saddam, pernah digunakan sebagai pangkalan militer AS.
Sekarang bangunan batu dan marmernya menampung auditorium, amfiteater, dan pujasera.
Presiden universitas Michael Mulnix menyuarakan kebanggaan tentang proyek yang melihat istana mantan diktator dan orang yang cukup kejam menjadi institusi pendidikan tinggi.
Sementara istana utama relatif utuh, katanya, tetapi, bangunan lain benar-benar hancur.
“Jendela semuanya pecah, ada burung terbang di sekitar, ular di lantai, secara harfiah," ujarnya.
"Jadi itu sangat kacau, sehingga kami harus masuk untuk melakukan renovasi besar-besaran," harapnya. [dhn]