WahanaNews.co
| Presiden Joko Widodo alias Jokowi mengaku
menyampaikan sejumlah pandangan di KTT ASEAN yang digelar pada Sabtu (24/4/2021)
ini di Gedung Sekretariat ASEAN di Jakarta.
Di
antaranya, penghentian kekerasan dan pengembalian demokrasi serta perdamaian di
Myanmar.
Baca Juga:
Strategi Kolaborasi Ekonomi Indonesia-Australia Kembali Diperkuat untuk Lanjutkan Berbagai Komitmen Kerja Sama
"Kekerasan
harus dihentikan dan demokrasi dan stabilitas dan perdamaian di Myanmar harus
segera dikembalikan. Kepentingan masyarakat Myanmar harus selalu jadi
prioritas," katanya dalam konferensi pers secara daring.
Selain
itu, ia meminta pimpinan militer Myanmar untuk berkomitmen dalam sejumlah hal.
"Permintaan
komitmen pertama, penghentian penggunaan kekerasan dari militer Myanmar. Di
saat yang sama, semua pihak harus menahan diri sehingga ketegangan dapat
diredakan," tuturnya.
Baca Juga:
Dukung World Water Forum 2024, PLN Bakal Siapkan 52 Charging Station
Kedua,
Jokowi meminta junta Myanmar melakukan proses dialog yang inklusif, pelepasan
tahanan politik, "dan perlu segera dibentuk special envoy ASEAN, yaitu
Sekjen dan Ketua ASEAN untuk mendorong dialog semua pihak di Myanmar."
Ketiga,
komitmen pembukaan akses bantuan kemanusiaan dari ASEAN yang dikoordinasi oleh
Sekjen ASEAN.
"Indonesia
berkomitmen untuk mengawal terus tindak lanjut dari komitmen tersebut agar
krisis politik di Myanmar dapat segera diatasi," tandas Jokowi.
Selain
itu, Jokowi juga mengungkapkan konsensus tercapai di antara para pemimpin
negara anggota ASEAN terkait penghentian kekerasan di Myanmar oleh militer.
"Kita
bersyukur bahwa apa yang disampaikan Indonesia sejalan dengan yang disampaikan
pemimpin ASEAN, sehingga pemimpin ASEAN telah mencapai konsensus,"
tuturnya.
"Ada
lima butir konsesus. Isinya kurang lebih sama dengan yang saya sampaikan [di
KTT]," lanjutnya.
Jokowi
menyatakan, konsensus akan disampaikan di konferensi pers terpisah oleh Ketua
ASEAN, Sultan Hassanal Bolkiah, yang juga hadir di KTT.
Sebelumnya,
militer Myanmar menggunakan kekerasan untuk menghadapi demonstran anti-kudeta.
Alhasil,
ratusan warga sipil tewas sepanjang proses kudeta yang telah berlangsung sejak
1 Februari tersebut.
Selain
Jokowi, sejumlah pemimpin atau perwakilan dari negara-negara ASEAN hadir dalam
pertemuan tersebut, yaitu Perdana Menteri Vietnam, Phạm Minh Chính; Perdana
Menteri Kamboja, Hun Sen; Perdana Menteri Malaysia, Muhyiddin Yassin; dan
Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong.
Menteri
Luar Negeri Filipina sebagai Utusan Khusus Filipina, Teodoro L Locsin Jr;
Menteri Luar Negeri Thailand sebagai Utusan Khusus Thailand, Don Pramudwinai;
Menteri Luar Negeri Laos sebagai Utusan Khusus Laos, Saleumxay Kommasith.
Panglima
Junta Militer Myanmar, Jenderal Min Aung Hlaing, turut hadir dalam KTT ASEAN
kali ini. [dhn]