Ia mengatakan ingin belajar menembak setelah Rusia mencaplok Crimea dari Ukraina di 2014. Di awal tahun ini, ia bergabung dengan Pertahanan Teritorial dan dilatih sebagai tenaga medis.
"Namun kemudian saya melihat mimpi saya, senapan mesin, dan mulai belajar menggunakannya," tutur Kostyantynovska kepada Reuters di Mariupol.
Baca Juga:
Lithuania Bikin Rusia Emosi, Perang Dunia Kian Dekat
"Saya tidak bisa membantu banyak, saya bisa membantu yang terluka. Saya akan menembak dan saya tahu mereka akan membunuh saya. Dan itu seharusnya, sehingga lebih sedikit masyarakat muda yang mati," katanya lagi.
Sementara itu, gedung olahraga sekolah di kubu separatis Donetsk telah diubah menjadi tempat berkumpulnya pasukan cadangan.
Jurnalis Reuters melihat sekitar 50 pria menggunakan pakaian hitam atau khaki, membawa ransel dan tas selempang.
Vladimir Radkevich, berusia 71, dan anak laki-lakinya, Roman (45) dan Denis (34), mengatakan mereka telah bergabung dalam kelompok separatis di 2014. Namun, mereka meninggalkan pasukan di 2018 dan memutuskan bekerja sebagai tukang las.
Baca Juga:
PBB Desak Rusia Akhiri Perang di Ukraina
Meski demikian, konflik yang terjadi di perbatasan dalam beberapa waktu terakhir membuat mereka kembali masuk.
"Kami mengatakan kami akan kembali bila (konflik) dimulai lagi. Sejujurnya, saya merasa itu menarik saya. Sekali Anda pernah menjadi pasukan, itu berlaku selamanya. Saat ini (konflik) akan menjadi lebih sulit, ini akan menjadi kacau," ujar Roman.
"Kami bersatu, ini adalah tanah Rusia. Kami sudah terlalu lelah menunggu (konflik) ini berakhir. Ini adalah waktu mengakhirinya," ujar Vladimir.