WahanaNews.co, Washington - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Antony Blinken, saat ini berada di Tel Aviv, Israel, dan telah mengadakan pertemuan dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Dalam pidatonya, Blinken menyatakan keinginan AS untuk mencoba memperpanjang gencatan senjata di Gaza, Palestina, sambil berharap agar lebih banyak sandera yang dibebaskan oleh Hamas.
Baca Juga:
Genosida Terstruktur, Israel Hapus 2.200 Keluarga Palestina dari Catatan Sipil
Menurut sumber, Blinken juga mengungkapkan pemahaman AS terkait potensi kelanjutan perang oleh Israel.
Terdapat indikasi bahwa Israel mungkin akan memperluas serangan dari Gaza Utara ke Gaza Selatan.
Namun, Blinken memberikan peringatan bahwa tindakan tersebut dapat meningkatkan tekanan internasional terhadap Israel, termasuk dari AS.
Baca Juga:
Israel Siap-siap Hapus Gaza dari Peta: Tak Akan Ada Lagi Hamas dalam Enam Bulan!
"Semakin besar tekanan internasional yang akan diberikan kepada AS dan Israel untuk menghentikan perang tersebut," tegasnya sebagaimana dimuat media Qatar Al-Jazeera dan media AS Axios, mengutip salah satu sumber, Jumat (1/12/2023).
Ia pun meminta Israel menerapkan apa yang disebutnya "rencana perlindungan sipil".
Israel harus menentukan wilayah di mana warga sipil Gaza "dapat aman", dan hindari kerusakan pada infrastruktur seperti rumah sakit dan fasilitas air.
"Warga Palestina yang mengungsi dari Gaza utara harus diizinkan untuk kembali jika kondisinya memungkinkan", kata Blinken.
"Tidak boleh ada perpindahan internal yang berkepanjangan," tambahnya.
Mengutip data Reuters November, serangan Israel ke Gaza, membuat banyak simpati muncul ke Palestina.
Dari data yang dikeluarkan Proyek Data Lokasi & Peristiwa Konflik Bersenjata (ACLED), yang meliput demonstrasi antara 7 dan 27 Oktober, tercatat bagaimana 3.761 aksi demo terjadi di mana 86%-nya mendukung Palestina.
Menurut jejak pendapat Reuters/Ipsos, dukungan ke Presiden AS Joe Biden juga mulas menurun. Di mana akibat perang Israel di Gaza pada November, hanya 395 responden menyetujui kinerjanya sementara yang lain tidak.
Sebelumnya, Amerika Serikat (AS) secara tiba-tiba memberikan penyataan yang seolah-seolah "mendukung" Hamas.
Pernyataan ini muncul ketika Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional, John Kirby, menyatakan bahwa Hamas tidak memanfaatkan warganya yang diculik untuk keuntungan dalam negosiasi dengan Israel.
Kirby menegaskan bahwa tidak ada indikasi faksi militan Palestina, khususnya Hamas, yang bermaksud untuk bermain-main.
Pernyataan ini berlaku terutama bagi tawanan Amerika, dan pembicaraan penyanderaan sejauh ini terfokus pada perempuan dan anak-anak.
"Tidak ada indikasi sama sekali bahwa Hamas mencoba menggunakan pengaruh atau sesuatu untuk mencegah orang Amerika keluar," kata Kirby.
Kirby melanjutkan dengan menyatakan bahwa Hamas mungkin tidak memiliki akses yang siap untuk menjangkau semua orang dalam waktu dekat, dan tidak mungkin semua warga negara AS ditahan di lokasi yang sama di Gaza.
"Jadi, tidak ada indikasi bahwa Hamas mencoba memainkan permainan tertentu di sini dalam kaitannya dengan Amerika," tambahnya, sambil menyebut masih ada sejumlah sandera AS yang berada di tangan milisi penguasa Gaza itu.
Israel melancarkan serangan udara besar-besaran sebagai respons terhadap serangan Hamas pada 7 Oktober, yang menewaskan sekitar 1.200 warga Israel.
Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa jumlah warga Palestina yang terbunuh dalam operasi Israel mencapai lebih dari 15.000 orang.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]