WAHANANEWS.CO, Jakarta - Penggunaan drone oleh Rusia dalam perang di Ukraina terus mengalami perkembangan taktis yang signifikan.
Salah satu strategi terbaru yang dilaporkan adalah peluncuran pesawat nirawak dari ketinggian lebih dari 2.000 meter, yang kemudian menukik langsung ke sasaran.
Baca Juga:
Drone Ukraina Serang Berbagai Wilayah Rusia, AS Mengaku Tak Tahu Menahu
"Taktik Rusia saat ini bermuara pada perubahan rute UAV secara terus-menerus dan mencoba meluncurkannya pada ketinggian tinggi, lebih dari 2 kilometer di atas tanah," ujar Yurii Ihnat, juru bicara angkatan udara Ukraina, dalam wawancara dengan RBC Ukraina.
Setelah mencapai ketinggian, drone iblis tersebut langsung menyerbu ke targetnya.
Meski tidak menyebut nama langsung, Ihnat menyinggung soal penggunaan drone Shahed buatan Iran yang sudah lama digunakan Rusia untuk menghantam wilayah Ukraina dari jarak jauh.
Baca Juga:
Rusia Banjiri Ukraina dengan 355 Drone, Trump Meledak: Putin Sudah Gila!
Menurut Ihnat, pola serangan dari ketinggian ini membuat drone lebih mudah terdeteksi radar, namun tetap berada di luar jangkauan senjata ringan.
"Itulah masalah bagi sebagian pertahanan udara Ukraina, yang mengerahkan kelompok penembak bergerak dengan senapan mesin berat yang dipasang di kendaraan untuk menembak jatuh drone Shahed saat mereka mendekat," jelasnya.
Unit-unit tempur Ukraina mengonfirmasi bahwa drone kini terbang lebih tinggi dan cepat.
Modifikasi terbaru pada Shahed meningkatkan kecepatan maksimumnya dari 115 menjadi 180 mil per jam, atau sekitar 289 km per jam.
Akibat peningkatan ini, pasukan Ukraina semakin mengandalkan sistem MANPADS, rudal permukaan-ke-udara yang diluncurkan dari bahu, untuk menghentikan ancaman tersebut.
"Semua itu adalah bagian dari strategi Rusia untuk menggunakan Shahed guna menguras pertahanan udara Ukraina, termasuk sistem elektronik dan rudal darat-ke-udara," ujar Ihnat.
Serangan Rusia juga kerap dilakukan secara kombinatif. Ratusan rudal ditembakkan secara serentak, dikombinasikan dengan drone Shahed yang diluncurkan sebagai umpan, termasuk varian murah tanpa hulu ledak.
Ihnat memperkirakan sekitar 40 dari setiap 100 drone yang dikirim ke Ukraina merupakan unit umpan. Strategi ini ditujukan untuk memecah konsentrasi dan sumber daya pertahanan udara Ukraina.
Dengan harga antara 20.000 hingga 50.000 dolar per unit, Shahed jauh lebih murah dibanding rudal pencegat, seperti Buk-M1 buatan Soviet seharga 300.000 dolar per peluncuran, atau sistem Patriot dari AS yang masing-masing rudalnya bisa mencapai 4 juta dolar.
Perbedaan biaya inilah yang mendorong Rusia untuk memproduksi Shahed secara lokal dalam jumlah besar, dan meluncurkannya secara bertahap ke sasaran infrastruktur penting Ukraina.
Data dari Pusat Studi Strategis dan Internasional mencatat bahwa peluncuran Shahed meningkat dari 130 per minggu pada September menjadi lebih dari 1.100 per minggu pada musim semi ini.
Sementara itu, intelijen Ukraina mengungkapkan bahwa Rusia kini mengembangkan varian baru Shahed dengan kecepatan hingga 372 mil per jam dan jangkauan hingga 1.550 mil.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]