Sementara itu, Menteri Transportasi Malaysia Anthony Loke mengecam penutupan yang dilakukan secara terburu-buru tersebut. Menurutnya, langkah tersebut tidak dapat diterima dan menciptakan nama buruk untuk Malaysia.
Dia mengatakan, MYAirline telah menjual 125.000 tiket senilai sekitar 20 juta ringgit atau US$ 4,2 juta atau setara Rp 65,94 miliar (kurs Rp 15.700) untuk penerbangan yang dijadwalkan hingga Maret 2024.
Baca Juga:
Berikut 5 Tips Bagi Kamu yang Takut Terbang
"Kami terkejut dan sangat terkejut," kata Loke saat konferensi pers.
"Mereka tidak memberi tahu kami. Mereka berhenti beroperasi begitu saja tanpa adanya staf maskapai penerbangan di bandara. Bagaimana anda bisa menghilang begitu saja? Ini sangat tidak bertanggung jawab," sambungnya.
Loke mengatakan, maskapai ini memiliki armada delapan pesawat dan berencana menambah menjadi 12 pada akhir tahun ini. Menurutnya, MYAirline seharusnya mencari bantuan pemerintah daripada menghentikan operasi tanpa peringatan.
Baca Juga:
Dear Traveler! Ini Tips dari Pilot Bagi Kamu yang Takut Terbang
Atas kondisi ini, ia menyatakan, pemerintah akan memastikan bahwa pemegang tiket mendapatkan pengembalian dana. Komisi Penerbangan Malaysia juga akan memutuskan apakah akan mencabut izin udara MYAirline, yang akan habis masa berlakunya bulan depan, katanya.
Komisi Penerbangan Malaysia menginstruksikan MYAirline untuk segera menghentikan penjualan dan pemesanan penerbangan. Mereka juga menegaskan, pengembalian dana harus dibayar. Instansi ini juga sedang menyelidiki maskapai tersebut atas keluhan bahwa gaji karyawan tidak dibayarkan, dan masalah lainnya.
Sebagai informasi, MYAirline dimiliki oleh pengusaha Allan Goh Hwan Hua. Maskapai ini mengoperasikan penerbangan ke delapan tujuan domestik dan ibu kota Thailand, Bangkok. Dua hari yang lalu, CEO Rayner Teo, yang memiliki 2% saham di maskapai tersebut, mengundurkan diri karena alasan kesehatan.
[Redaktur: Sandy]