WahanaNews.co | Penarikan uang di bank-bank Myanmar dibatasi. Hal itu dilakukan lantaran rakyat Myanmar berbondong-bondong menarik uangnya di bank setelah kudeta militer. Bahkan banyak rakyat Myanmar menggunakan jasa calo agar bisa mengambil uang di rekening mereka sendiri.
Sejak Maret 2021, Bank Sentral Myanmar membatasi penarikan tunai hingga 2 juta Kyat (Rp 2,3 juta) seminggu untuk nasabah perorangan dan 20 juta Kyat (Rp 23,4 juta) bagi sebagian besar perusahaan.
Baca Juga:
Lokasi Sempat Terdeteksi, 11 Warga Sukabumi Disekap di Wilayah Konflik Myanmar
Salah satu warga Yangon, Ma Khine, bangun pagi-pagi untuk mengambil uangnya di ATM. Namun sesampainya di ATM Bank KBS di Myanmar Plaza, antrian panjang sudah terjadi pada pukul 6 pagi. Pihak bank memberikan nomor antrian kepada nasabah yang tengah mengantri.
"Namun, meskipun Anda salah satu yang beruntung mendapatkan nomor antrian, tidak ada jaminan bahwa masih akan ada uang di mesin saat giliran Anda tiba," kata Ma Khine seperti dikutip dari BBC, Rabu (6/10/2021).
"Hanya 3 dari sepuluh mesin yang bekerja pada satu waktu, dan bank tidak akan menambahnya lagi. Jika Anda tidak bisa menunggu, maka Anda harus membayar sogokan di pasar gelap," tambahnya.
Baca Juga:
Imbas Serangan Udara Junta Militer, 11 Warga Myanmar Tewas
Ma Khine melakukan hal itu bulan lalu dan harus membayar komisi 12 persen kepada calo, hanya untuk mengambil uangnya sendiri.
Sampai saat ini, belum ada aturan yang jelas dari otoritas terkait soal pembatasan jumlah uang yang bisa diambil di bank. Beberapa bank menerapkan aturan yang berbeda. Hal itu juga mengindikasikan sistem perbankan Myanmar hampir kolaps.
Bank CB di wilayah Delta Irrawaddy misalnya, mengizinkan para pelanggan untuk menarik hanya 500 ribu Kyat (Rp 586.000) dalam 2 pekan.