Pertempuran pun memicu ribuan orang mengungsi ke negara tetangga seperti Thailand hingga India.
"(Setahun setelah kudeta) kami masih hidup di era kegelapan. Kami harus berpikir bagaimana caranya bertahan setiap harinya hidup di bawah kediktatoran militer ini daripada fokus dengan tujuan hidup dan impian kami di masa depan," kata seorang warga Myanmar, Htoo Aung, bukan nama asli, seperti dikutip AFP.
Baca Juga:
Lokasi Sempat Terdeteksi, 11 Warga Sukabumi Disekap di Wilayah Konflik Myanmar
Dunia internasional hingga ASEAN semakin menekan junta militer Myanmar untuk segera memulihkan situasi dan demokrasi di negara itu.
Namun, sejumlah ahli menganggap junta militer tidak akan menyerah dengan tekanan yang ada.
"Tantangan-tantangan yang ada saat ini sangat tidak mungkin memaksa militer untuk menyerah atau kehilangan cengkramannya terhadap kekuasaan negara," kata penasihat senior International Crisis Gorup Myanmar, Richard Horsey.
Baca Juga:
Imbas Serangan Udara Junta Militer, 11 Warga Myanmar Tewas
Awal Januari, junta militer bahkan melancarkan serangan udara ke sejumlah wilayah di timur negara untuk memberangus pemberontak anti-kudeta yang hendak menduduki sebuah kota.
Sementara itu, di kota-kota besar seperti Yangon, pusat perekonomian Myanmar, junta militer berupaya memulihkan situasi kembali normal.
Hilir mudik kendaraan hingga kemacetan lalu lintas mulai terlihat kembali di perkotaan.