Sebagai contoh, di Chad, Presiden Idriss Deby Itno tewas dalam pertempuran melawan kelompok pemberontak pada 19 April 2021.
Sehari setelah itu, militer Chad mengambil alih kekuasaan dan menunjuk Mahamat Idriss Deby, anak dari Presiden Deby, sebagai pemimpin sementara.
Baca Juga:
3 Negara Ini Masuk Daftar Wisata Luar Negeri dengan Risiko Tinggi di 2025
Sementara itu, di Mali terjadi pemberontakan lainnya. Kolonel Assimi Goita melakukan kudeta untuk kedua kalinya pada 24 Mei 2021, dengan menangkap Presiden Bah Ndaw dan Perdana Menteri Mochtar Ouane yang saat itu memimpin pemerintahan transisi setelah terjadinya kudeta pertama pada Agustus 2020.
Goita kemudian menobatkan dirinya sebagai presiden transisi.
Jika dilihat dari permasalahannya, setiap negara tentu mempunyai masalah dan pola kudeta yang berbeda. Sehingga tidak bisa diketahui secara pasti penyebab terjadinya kudeta di berbagai negara Afrika.
Baca Juga:
Kantor Pertanahan Jakarta Barat Terima Kunjungan Studi Delegasi dari 2 Negara Afrika
Namun perlu disadari jika sebenarnya kudeta terjadi karena kurangnya komitmen dan dukungan dari komunitas internasional untuk mempromosikan dan melindungi demokrasi di benua Afrika.
Kudeta sendiri merupakan bagian dari hasil kegagalan atau ketidakpedulian dari aktor-aktor global, seperti PBB, Uni Afrika, atau negara-negara donor, untuk mencegah atau menanggapi kudeta dengan tegas dan konsisten.
Contohnya, dengan memberikan sanksi politik atau ekonomi terhadap para pelaku kudeta. Atau dengan memberikan bantuan teknis atau finansial untuk memperkuat institusi-institusi demokratis, seperti partai politik, media, atau masyarakat sipil.