"Nauru dan negara-negara lain yang terdampak secara tidak proporsional harus mendapatkan manfaat lebih besar dari inovasi iklim," kata Clark.
Dengan populasi sekitar 13.000 jiwa, Nauru berencana melakukan relokasi besar-besaran ke wilayah pedalaman akibat dampak perubahan iklim. Kenaikan permukaan laut terus menggerus garis pantai negara tersebut, mempersempit lahan yang layak huni.
Baca Juga:
PLN UP3 Jambi Respon Cepat Laporan Masyarakat, Perbaiki Tiang Tumbang Akibat Kecelakaan
Dulunya, Nauru dikenal sebagai negara kaya berkat cadangan fosfatnya yang murni, bahan utama dalam pembuatan pupuk.
Namun, setelah eksploitasi besar-besaran, 80% wilayahnya kini tak dapat dihuni. Dengan luas daratan hanya 21 kilometer persegi, Nauru menjadi salah satu negara terkecil di dunia dan semakin terancam oleh pasang naik yang meningkat 1,5 kali lebih cepat dari rata-rata global.
Kontroversi Paspor Emas
Baca Juga:
Diduga Ngantuk, ASN ini Tabrak Tiang Listrik Sampai Roboh di Lorong Pattimura
Kebijakan ini menuai kekhawatiran karena berpotensi dimanfaatkan oleh kelompok kriminal.
Henrietta McNeill, peneliti Pasifik dari Universitas Nasional Australia, memperingatkan bahwa paspor emas bisa menjadi alat bagi pelaku kejahatan untuk menghindari hukum, mencuci uang, atau menyalahgunakan akses bebas visa.
Nauru sendiri pernah mengalami skandal serupa. Pada 2003, program penjualan paspor mereka berakhir dengan kontroversi setelah seorang anggota Al Qaeda yang membeli kewarganegaraan Nauru ditangkap di Asia.