WahanaNews.co | Negara yang tergabung di Uni Eropa mempersiapkan diri untuk menghadapi penghentian pasokan gas dari Rusia.
Mereka menuduh Moskow telah “menjadikan energi sebagai senjata” melalui penyempitan pasokan, yang diwanti-wanti Jerman dapat menghentikan industrinya sebagian pada musim dingin ini.
Baca Juga:
Sanksi Barat Tak Berguna, Rusia Jadi 'Raja Gas' untuk China
Satu hari usai perayaan terkait keputusan EU untuk menjadikan Ukraina sebagai kandidat negara anggota blok itu, konferensi tingkat tinggi pada Jumat di Brussels diperkirakan akan menjadi cerminan yang menyadarkan terkait dampak ekonomi dari invasi Rusia atas Ukraina.
Para pemimpin 27 negara anggota Uni Eropa, menurut rancangan pernyataan KTT yang dikutip dari Reuters, akan menyalahkan peperangan yang dimulai empat bulan lalu itu sebagai penyebab lonjakan harga dan perlambatan pertumbuhan global.
Menyusul sanksi Barat yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang dijatuhkan atas invasi Rusia terhadap Ukraina, puluhan negara Eropa sejauh ini telah terpukul oleh pemutusan aliran gas dari Rusia.
Baca Juga:
Putin Tuduh AS dan Sekutunya Ledakkan Pipa Gas Nord Stream
"Hanya masalah waktu sebelum Rusia menutup semua pengiriman gas," kata seorang pejabat Uni Eropa menjelang pembicaraan pada Jumat (24/6/2022).
Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck memperingatkan negaranya berada di titik menuju kekurangan gas jika pasokan Rusia tetap rendah seperti yang terjadi saat ini, dan beberapa industri harus ditutup pada musim dingin.
"Perusahaan harus menghentikan produksi, memberhentikan pekerja mereka, rantai pasokan akan runtuh, orang akan berutang untuk membayar tagihan alat pemanas mereka," katanya kepada majalah Der Spiegel.
Dia menambahkan bahwa hal itu adalah bagian dari strategi Presiden Rusia Vladimir Putin untuk memecah negara tersebut.
Uni Eropa mengandalkan Rusia untuk 40 persen dari kebutuhan gasnya sebelum perang -naik menjadi 55 persen untuk Jerman.
Kondisi itu menyebabkan celah besar yang perlu diisi di pasar gas global yang sudah ketat. [rin]