WahanaNews.co | Tsunami Covid-19 di India semakin
mengerikan.
Awal
Mei ini, India mencatatkan rekor kenaikan harian kasus infeksi virus Corona
ini mencapai 401.993 kasus baru.
Baca Juga:
Sosok Sheikh Hasina, PM Bangladesh Kabur ke India yang Mundur-Kabur karena Demo
Dilansir
Reuters, Sabtu (1/5/2021), angka
kasus Covid-19 baru yang melonjak drastis ini terjadi di saat India membuka
upaya vaksinasi Corona besar-besaran untuk populasi orang dewasa.
Ini
adalah pertama kalinya jumlah kasus harian Covid-19 di India mencapai 400.000
kasus, setelah selama 10 hari berturut-turut mencatatkan infeksi harian 300.000
kasus.
Bahkan,
kematian akibat Covid-19 di India juga melonjak menjadi 3.523 kasus selama 24
jam terakhir.
Baca Juga:
PM Bangladesh Undur Diri, Hasina Mengungsi ke India
Kondisi
ini, dari data resmi, menjadikan total korban meninggal karena Covid-19 di
India telah mencapai 211.853 kasus.
Produsen
vaksin Covid-19 terbesar di dunia, memiliki jumlah vaksin yang terbatas.
Hal ini
dapat memperburuk tsunami Covid-19 di India yang telah membanjiri rumah sakit
dan kamar mayat.
Sementara
keluarga, banyak yang saling berebut untuk mendapatkan obat-obatan dan oksigen
yang semakin langka di negara berpenduduk lebih dari 1,3 miliar jiwa itu.
Dilaporkan
juga, tampak ratusan orang mengantri untuk dapat divaksinasi di seluruh wilayah
Ahmedabad, kota komersial utama di negara bagian asal Perdana Menteri Narendra
Modi, di Gujarat, pada Sabtu ini.
Akibat
lonjakan kasus Covid-19 yang tidak terkendali juga telah menyebabkan berbagai
kekacauan di India.
Beberapa
ahli menyalahkan pertemuan keagamaan massal dan demonstrasi politik sebagai
penyebab parahnya gelombang kedua dan menyebabkan tsunami Covid-19 di India,
sehingga menyebabkan pemerintah tidak siap menghadapinya.
Sebuah
forum penasihat ilmiah yang dibentuk oleh pemerintahan Modi telah
memperingatkan para pejabat India pada awal Maret tentang munculnya varian varu
virus Corona yang lebih menular dari virus SARS-CoV-2 sebelumnya.
Hal itu
disampaikan lima ilmuwan yang merupakan bagian dari forum tersebut kepada Reuters.
Terlepas
dari peringatan itu, empat ilmuwan mengatakan bahwa pemerintah federal tidak
berusaha untuk memberlakukan pembatasan besar untuk menahan penyebaran virus Corona.
Jutaan
orang menghadiri pertemuan keagamaan dan pertemuan politik, sebagian besar
warga yang datang tidak mengenakan masker.
Saat
ini, jumlah total kasus Covid-19 di India telah mencapai angka 19 juta orang.
Ketika
gelombang kedua mulai meningkat, India telah menambah sekitar 7,7 juta kasus
sejak akhir Februari 2021.
Akibat
lonjakan kasus yang menyebabkan tsunami Covid-19 di India, banyak negara mulai
memberlakukan pembatasan perjalanan baru dari dan ke India, termasuk Amerika
Serikat.
Presiden
AS, Joe Biden, sejak Jumat lalu, telah melarang sebagian besar warga non-AS
memasuki Amerika Serikat.
Pejabat
Australia mengatakan, penduduk dan warga negara yang telah berada di India dalam
waktu 14 hari, sejak tanggal mereka berencana untuk pulang akan dilarang
memasuki Australia mulai Senin, dan mereka yang tidak patuh akan menghadapi
denda dan penjara.
Pembatasan
perjalanan sebagai akibat tsunami Covid-19 yang kian mengerikan di India, juga
membuat pemberlakuan perjalanan dari dan ke negara tersebut semakin ketat dan
banyak dilakukan sejumlah negara, termasuk Inggris, Jerman, Italia, dan
Singapura.
Sementara
Kanada, Hong Kong, dan Selandia Baru telah menangguhkan semua perjalanan komersial
dengan India. [dhn]