WAHANANEWS.CO, Jakarta - Nigeria tengah menghadapi krisis gizi yang semakin memburuk, menurut peringatan dari UNICEF.
Negara tersebut kini menjadi yang tertinggi di Afrika dalam hal jumlah anak kekurangan gizi, serta menempati posisi kedua secara global.
Baca Juga:
WHO: Nigeria Pertama Luncurkan Vaksin Men5CV Baru untuk Meningitis
Dalam sesi pengarahan media pada Senin (5/5/2025), Kepala Gizi UNICEF, Nemat Hajeebhoy, mengungkapkan bahwa sekitar 600.000 anak di Nigeria mengalami malnutrisi akut, dengan setengahnya berada dalam kondisi gizi buruk parah.
“Anak-anak dengan malnutrisi akut parah memiliki kemungkinan sembilan hingga sebelas kali lebih besar untuk meninggal,” ujar Hajeebhoy, dikutip dari Sahara Reporters.
Serigne Loum, Kepala Program di Program Pangan Dunia (WFP), turut menyampaikan keprihatinan.
Baca Juga:
Kelompok Gerilyawan Islam Culik 50 Orang di Timur Laut Nigeria
Ia menyatakan bahwa Nigeria merupakan negara dengan tingkat kerawanan pangan tertinggi di Afrika, dan situasinya terus memburuk.
“Kondisi ini semakin memburuk, dan kami membutuhkan bantuan internasional untuk mengatasinya,” kata Loum.
Pengarahan ini diselenggarakan oleh Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) dengan tujuan menghimpun dana serta dukungan internasional untuk menghadapi krisis kemanusiaan di Nigeria.
Trond Jensen, Kepala OCHA di Nigeria, menyebut bahwa dibutuhkan dana sebesar $300 juta (sekitar Rp4,9 triliun) guna merespons situasi darurat ini.
Dari jumlah tersebut, $160 juta (Rp2,6 triliun) dialokasikan untuk sektor penting seperti ketahanan pangan, gizi, air bersih, sanitasi, kesehatan, perlindungan, dan logistik.
Dana ini dinilai krusial untuk menghadapi masa-masa rawan, khususnya saat musim paceklik.
Namun, Jensen juga mengungkapkan keprihatinan bahwa kapasitas penanganan krisis kian terbatas, terutama karena pembekuan bantuan dari Amerika Serikat dan pengurangan kontribusi dari sejumlah donor lain.
Kekurangan dana tersebut telah memaksa OCHA untuk memangkas target penerima bantuan dari empat juta menjadi hanya dua juta orang.
Langkah ini menyusul pengumuman OCHA tentang rencana pengurangan skala operasinya di Nigeria, akibat defisit dana sebesar $58 juta (Rp952,6 miliar).
UNICEF dan OCHA memperingatkan bahwa tanpa langkah cepat dan dukungan internasional, krisis ini bisa berkembang menjadi bencana kemanusiaan yang lebih luas dan berdampak pada jutaan warga Nigeria.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]