WahanaNews.co | Penulis Salman Rushdie, yang menghadapi ancaman mati selama lebih 30 tahun setelah menulis novel The Satanic Verses alias Ayat-ayat Setan, diserang saat manggung di negara bagian New York, Amerika Serikat (AS).
Pemenang Booker Prize berusia 75 tahun itu tengah berbicara dalam satu acara di Chautauqua Institution saat penyerangan terjadi.
Baca Juga:
Annie Ernaux Dinobatkan Sebagai Pemenang Nobel Sastra 2022
Polisi negara bagian New York mengatakan, tersangka seorang pria naik ke panggung dan menyerang Rushdie dan orang yang mewawancara.
"Rushdie mengalami luka akibat tikaman di leher," kata polisi, dalam satu pernyataan.
Gubernur New York, Kathy Hochul, mengatakan dalam jumpa pers satu jam kemudian bahwa Rushdie selamat.
Baca Juga:
Iran Bantah Pihaknya Terlibat Penikaman Salman Rushdie
Ia dibawa ke rumah sakit dengan helikopter, namun belum ada rincian tentang luka-luka yang ia alami.
Pewawancara, Henry Reese, juga mengalami luka ringan di kepala.
Reese adalah pendiri lembaga non-profit yang didirikan untuk para penulis yang menghadapi ancaman atau persekusi.
“Tersangka telah ditahan,” kata polisi.
Siapa Salman Rushdie?
Novelis yang lahir di India ini mendapat banyak ancaman mati karena novelnya dalam karir selama lima dekade.
Banyak bukunya sangat berhasil, dan novel keduanya, Midnight's Children, meraih Booker Prize pada 1981.
Namun, novel keempatnya, The Satanic Verses, yang diterbitkan pada 1988, menjadi karya yang paling kontroversial.
Akibat ancaman mati, Rushdie terpaksa bersembunyi dan pemerintah Inggris menempatkannya di bawah perlindungan polisi.
Inggris dan Iran memutus hubungan diplomatik, namun para penulis Barat mengecam ancaman kebebasan berekspresi.
Fatwa yang menyerukan dibunuhnya Rushdie dikeluarkan oleh Pemimpin Spiritual Iran, Ayatollah Ruhollah Khomeini, pada 1989 --satu tahun setelah novel itu diterbitkan.
Salman Rushdie lahir di Bombay, dua bulan sebelum kemerdekaan India dari Inggris.
Pada usia 14 tahun, ia dikirim ke Inggris dan mendapatkan gelar sarjana sejarah di Kings College, Cambridge.
Ia menjadi warga negara Inggris.
Ia berasal dari keluarga Muslim, namun kemudian menyebut dirinya "atheis garis keras".
Ia sempat menjadi aktor dan kemudian penulis iklan sambil menulis novel.
Ketika The Satanic Verses diterbitkan dan menimbulkan kecaman dari dunia Muslim karena dianggap penghujatan agama, India adalah negara pertama yang melarang, diikuti dengan Pakistan dan berbagai negara Muslim lain.
Novel ini dipuji sejumlah pihak dan memenangkan penghargaan Whitbread.
Namun kecaman terhadap buku ini semakin meningkat dan dua bulan kemudian setelah penerbitan, banyak protes di jalan-jalan.
Salah satu hal yang dianggap penghujatan adalah dua perempuan penghibur dalam buku itu dinamakan istri-istri Nabi Muhammad.
Pada Januari 1989, warga Muslim di Bradford, Inggris, membakar buku tersebut dan toko buku WHSmith menghentikan pajangan buku.
Rushdie sendiri menolak tudingan bahwa buku itu penghujatan.
Pada bulan Februari 1989, sejumlah orang meninggal dalam kerusuhan anti-Rushdie, sementara di Teheran, kedutaan Inggris dilempari batu.
Di Inggris sendiri, sejumlah pemuka Muslim mendesak warga menahan diri sementara yang lainnya mendukung Ayatollah.
Amerika Serikat, Prancis, dan negara-negara Barat lain mengecam ancaman hukuman mati itu.
Rushdie sendiri, yang saat ini masih dalam persembunyiaan bersama istrinya dan dilindungi polisi, menyatakan penyesalan mendalam karena menyebabkan kemarahan, namun Ayatollah kembali menyerukan agar penulis ini pantas mati.
Tetapi novel ini laris dibeli di Inggris dan Amerika.
Bukan Rushdie saja yang mendapatkan ancaman karena novel kontroversial itu.
Penerjemah Jepang The Satanic Verses ditemukan meninggal di universitasnya pada Juli 1991.
Polisi mengatakan, penerjemah Hitoshi Igarashi, yang bekerja sebagai asisten profesor perbandingan budaya, ditusuk beberapa kali di luar kantornya di Universitas Tsukuba.
Pada bulan yang sama, penerjemah Italia, Ettore Capriolo, ditikam di apartemennya di Milan, namun selamat.
Fatwa hukuman mati terhadap Rushdie dihentikan secara resmi oleh Iran pada 1998.
Buku-buku Rushdie lain, termasuk novel untuk anak-anak, Haroun and the Sea of Stories (1990), buku tentang esai Imaginary Homelands (1991), dan novel East, West (1994), The Moor's Last Sigh (1995), The Ground Beneath Her Feet (1999), dan Fury (2001).
Dalam dua dekade terakhir ia telah menerbitkan Shalimar the Clown, The Enchantress of Florence, Two Years Eight Months dan Twenty-Eight Nights, The Golden House serta Quichotte.
Rushdie menikah empat kali dan memiliki dua anak.
Ia kini tinggal di AS dan mendapat gelar pada 2007 karena jasanya dalam bidang kesusasteraan.
Pada 2012, ia menerbitkan Joseph Anton: A Memoir, buku tentang kehidupannya setelah terbitnya The Satanic Verses. [gun]