Namun, para pejabat AS dilaporkan khawatir bahwa janji Zelensky untuk merebut Crimea yang memilih untuk bergabung dengan Rusia pada tahun 2014, hanya akan “memperpanjang perang” dan dapat memicu “eskalasi dramatis dari Moskow”.
Laporan Politico bukanlah indikasi pertama bahwa Washington tidak mendukung rencana Zelensky untuk Crimea.
Baca Juga:
Bashar Al Assad Tinggalkan Suriah, Rusia Beri Suaka demi Stabilitas Regional
Ketua Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Mark Milley memperingatkan pada bulan Januari bahwa menyerang semenanjung Crimea Rusia itu akan “sangat, sangat sulit”.
Adapun Pentagon dilaporkan telah memberi tahu Kongres bahwa Ukraina tidak memiliki kemampuan meluncurkan operasi semacam itu.
“Biden terus berpegang teguh pada pernyataannya bahwa Amerika Serikat akan menyerahkan semua keputusan tentang perang dan perdamaian kepada Zelensky,” tulis Politico.
Baca Juga:
Connie Bakrie Sebut Tak Ada Urgensi dalam Kasusnya
Politico menambahkan, "Tapi bisikan telah dimulai di Washington tentang seberapa dapat dipertahankan hal itu saat perang berlanjut."
Pengambilan keputusan Ukraina juga dipertanyakan oleh agen intelijen AS, yang mengatakan kepada New York Times pekan lalu bahwa "kelompok pro-Ukraina" berada di balik serangan September 2022 terhadap pipa gas Nord Stream.
melansir Sindonews, meskipun mata-mata tersebut menekankan bahwa pemerintah Zelensky tidak terlibat, Politico mengklaim pemerintahan Biden telah memberi isyarat kepada Kiev bahwa “kekerasan di luar perbatasan Ukraina tidak akan ditoleransi.”