WAHANANEWS.CO, Jakarta - Pejabat tinggi kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengingatkan dunia bahwa tragedi kelaparan yang saat ini melanda rakyat Gaza, Palestina, merupakan tanggung jawab bersama umat manusia.
PBB menilai situasi darurat pangan yang kini dikonfirmasi di Kegubernuran Gaza, Jalur Gaza, sebagai sebuah bencana besar yang seharusnya “dapat diprediksi dan dicegah” jika sejak awal akses kemanusiaan tidak dihalangi.
Baca Juga:
Wali Kota Jambi Serahkan Tali Asih dan Gratiskan PBB bagi Veteran di Momentum HUT RI ke-80
Kepala Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), Tom Fletcher, menegaskan bahwa krisis tersebut bukan terjadi secara alamiah, melainkan sengaja dipicu oleh pembatasan bantuan kemanusiaan yang diberlakukan Israel.
"Ini adalah bencana kelaparan yang sebenarnya bisa kita cegah seandainya kita diizinkan," ujarnya dalam konferensi pers, Sabtu (22/8/2025).
Fletcher menggambarkan kondisi memilukan itu dengan fakta bahwa tumpukan bantuan pangan menunggu di perbatasan, namun tidak dapat masuk karena hambatan sistematis.
Baca Juga:
Deddy Sitorus Kritik Pemda Naikkan Pajak PBB Tingkatkan PAD Cepat
"Ini adalah bencana kelaparan yang hanya berjarak beberapa ratus meter dari sumber makanan di tanah yang subur," katanya.
Ia menambahkan, tragedi Gaza mencerminkan paradoks peradaban modern: kelaparan massal terjadi di abad ke-21, di tengah pengawasan drone dan perangkat militer paling canggih.
Ini adalah kelaparan abad ke-21 yang diawasi oleh drone dan teknologi militer tercanggih dalam sejarah. Ini adalah kelaparan yang secara terbuka dipromosikan oleh beberapa pemimpin Israel sebagai senjata perang," tegasnya.
Fletcher menekankan bahwa penderitaan paling parah justru dialami kelompok rentan: anak-anak, orang tua, dan perempuan.
Menurutnya, krisis ini membuat keluarga dipaksa membuat keputusan mustahil.
"Memaksa orang tua untuk memilih anak mana yang akan diberi makan, yang memaksa orang mempertaruhkan nyawa mereka untuk mencari makanan," ucapnya dengan nada prihatin.
Ia pun menyerukan langkah konkret dari komunitas internasional.
"Cukup sudah, gencatan senjata, buka semua jalur penyeberangan, utara dan selatan. Izinkan penyaluran makanan dan pasokan lainnya tanpa hambatan dan dalam skala besar yang dibutuhkan, akhiri aksi pembalasan," kata Fletcher.
Meski ia mengakui bahwa banyak nyawa sudah terlanjur hilang, Fletcher menekankan bahwa masih ada kesempatan menyelamatkan warga Gaza lainnya.
"Sudah terlambat bagi banyak orang. Tetapi tidak bagi semua orang di Gaza," ujarnya, dikutip dari Anadolu.
Pernyataan Fletcher ini muncul setelah Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC) resmi mengonfirmasi status kelaparan di Kegubernuran Gaza.
Wilayah itu menjadi salah satu dari lima distrik di Jalur Gaza yang paling parah terdampak sejak Israel melancarkan serangan militer, yang telah menewaskan lebih dari 62 ribu warga Palestina sejak Oktober 2023.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]