“Ketidaksetaraan yang tidak etis saat ini mencekik Afrika dan memicu konflik bersenjata, ketegangan politik, ekonomi, etnis dan sosial, pelanggaran hak asasi manusia, kekerasan terhadap perempuan, terorisme, kudeta militer dan sentimen impunitas,” kata Guterres.
Sebagian besar sesi KTT akan diadakan secara tertutup.
Baca Juga:
Sekjen PBB: Pentingnya Kepemimpinan Afrika dalam Arsitektur Perdamaian dan Keamanan Global
Uni Afrika, yang akan merayakan ulang tahun ke-20 pada bulan Juli, sering dikritik tidak konsisten saat menanggapi krisis sporadis di benua berpenduduk 1,3 miliar orang itu.
Para pemimpin Afrika bertemu hari Sabtu, (5/2/2022) pada pertemuan puncak yang diperkirakan akan membahas tantangan paling mendesak di benua itu, termasuk gelombang baru kudeta di Afrika Barat dan respons yang lambat terhadap pandemi Covid-19, seperti dilansir Associated Press, Sabtu, (5/2/2022).
Menjelang KTT, keputusan besar terbaru blok itu adalah menangguhkan Burkina Faso setelah tentara pemberontak menggulingkan Presiden yang terpilih secara demokratis Roch Marc Christian Kabore, yang dikudeta karena dianggap tidak mampu membendung kekerasan ekstremis Islam.
Baca Juga:
Apel Gelar, TNI Cek Kesiapan Pengamanan KTT World Water Forum Ke-10
Keputusan itu muncul setelah blok regional Afrika Barat ECOWAS menangguhkan keanggotaan Burkina Faso.
Gelombang kudeta baru di Afrika Barat dimulai pada 2020 di Mali, diikuti oleh Guinea pada tahun berikutnya, dan Burkina Faso akhir Januari.
Hanya seminggu kemudian, orang-orang bersenjata mencoba namun gagal menggulingkan Presiden Guinea-Bissau.