WahanaNews.co, Zurich - Laporan resmi penyelidikan terhadap Gereja Katolik di Swiss telah mengidentifikasi hampir 1.000 kasus pelecehan seksual yang terjadi sejak tahun 1950.
Sebanyak 74 persen dari seluruh kasus ini melibatkan anak-anak, dan 56 persen korbannya adalah laki-laki. Seluruh terdakwa dalam kasus-kasus ini juga adalah laki-laki.
Baca Juga:
Swiss Kalahkan Hongaria 3-1 di Grup A Euro 2024
Para peneliti dari Universitas Zurich, Monika Dommann dan Marietta Meier, menyusun laporan ini setelah melakukan penyelidikan selama setahun, yang mereka lakukan atas perintah otoritas Gereja.
Mereka diberikan akses ke arsip Gereja dan juga melakukan wawancara dengan beberapa individu yang menjadi korban pelecehan seksual.
Namun, mereka menyatakan bahwa masih banyak dokumen lain yang belum tersedia.
Baca Juga:
Prestasi Gemilang: Lanny Tria/Ribka Juara Ganda Putri di Swiss Open 2024
Selain itu, para peneliti juga menemukan bukti bahwa catatan di dua keuskupan telah dimusnahkan dan bahwa tidak semua kasus pelecehan seksual yang dilaporkan dicatat dan diarsipkan.
Kesimpulannya adalah bahwa "kasus-kasus yang diidentifikasi hanyalah puncak gunung es."
“Berdasarkan hasil penelitian mengenai angka gelap kejahatan, kami menduga hanya sebagian kecil kasus yang pernah dilaporkan,” kata Dommann dan Meier.
Lebih dari setengah kasus yang telah diidentifikasi terjadi selama situasi pastoral tertentu, terutama dalam konteks pengakuan dosa, kebaktian di altar, dan pendidikan agama di klub dan asosiasi anak-anak.
Melansir Tempo, sebanyak 30 persen pelecehan seksual terjadi di berbagai lembaga, termasuk panti asuhan Katolik, sekolah harian, dan sekolah berasrama.
Selain mendokumentasikan kasus-kasus pelecehan seksual, para peneliti juga mengamati cara pejabat Gereja menangani kasus-kasus ini dan mencatat bahwa banyak kasus yang "dirahasiakan, ditutupi, atau tidak diambil serius".
Laporan mereka mengkritik berbagai pejabat, termasuk para uskup, karena tidak melakukan lebih banyak untuk membantu para korban. Para pastor yang dituduh melakukan pelecehan ditemukan telah "secara sistematis" dipindahkan ke jabatan lain oleh mereka yang memiliki kekuasaan, kadang-kadang di luar negeri, untuk menghindari penuntutan.
“Mereka mengutamakan kepentingan Gereja Katolik dan para pejabatnya di atas kesejahteraan dan keselamatan umat paroki.”
Para peneliti menyebut sikap ini sama sekali tak berubah hingga abad ke-21, ketika berbagai skandal pelecehan seksual mulai bermunculan.
“Hasil penyelidikan awal mengkonfirmasi apa yang telah kami amati dan, dan kami masin mengalaminya dalam beberapa kasus,” kata kelompok yang mewakili korban pelecehan seksual dalam sebuah pernyataan menanggapi laporan tersebut.
“Selama beberapa dekade, otoritas Gereja Katolik di Swiss telah menutup-nutupi kejahatan ini, melindungi para pelaku dan reputasi institusi mereka dengan mengorbankan para korban yang dibungkam.”
Presiden Konferensi Waligereja Swiss, lembaga pimpinan Gereja Katolik di Swiss, menyatakan dalam sebuah konferensi pers bahwa organisasi tersebut telah "memberikan banyak alasan" dan bahwa tindakannya "tidak memenuhi hak para korban."
"Kami mencari kata-kata dan menyadari bahwa kami tidak akan menemukan kata yang tepat," kata Renata Asal-Steger. Otoritas Gereja juga mengumumkan bahwa mereka akan mendanai proyek lanjutan oleh Universitas Zurich yang akan dimulai tahun depan.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]