WAHANANEWS.CO, Jakarta - Militer China kembali mengirim sinyal kuat kepada dunia. Dalam sebuah langkah yang sarat makna geopolitik, Beijing secara terbuka memamerkan kekuatan rudal balistik antarbenua (ICBM) andalannya, DF-5B.
Langkah ini dinilai sebagai bagian dari strategi besar modernisasi militer China yang tak hanya ingin menunjukkan taji teknologi, tetapi juga memberi pesan tegas bahwa negara itu siap menghadapi segala potensi ancaman eksternal.
Baca Juga:
Patrick Kluivert Tegaskan Kualitas Jadi Tolak Ukur, Bukan Status Pemain
Dengan jangkauan luar biasa hingga 12.000 kilometer, DF-5B mampu menghantam target mana pun di belahan bumi, termasuk jantung wilayah Amerika Serikat.
Tak hanya soal jarak, rudal ini membawa daya rusak masif: muatan nuklirnya diperkirakan antara 3 hingga 4 megaton TNT, puluhan kali lebih kuat dari bom atom yang meluluhlantakkan Hiroshima dan Nagasaki.
“DF-5B menunjukkan bahwa China bukan sekadar mengembangkan senjata untuk bertahan, tetapi juga ingin mengukuhkan posisi sebagai kekuatan strategis global,” kata Dr. Alvin Chen, analis militer dan pengamat keamanan Asia Timur dari Singapore Defence Institute.
Baca Juga:
China Ungkap Atmosfer Mencekam Jelang Pertandingan Lawan Indonesia
Sebagai hasil evolusi dari rudal DF-5 era Perang Dingin, DF-5B mengalami lompatan teknologi yang signifikan. Salah satu peningkatan terbesar adalah integrasi sistem MIRV (Multiple Independently Targetable Reentry Vehicle).
Sistem ini memungkinkan satu rudal mengangkut beberapa hulu ledak nuklir yang bisa diarahkan ke target berbeda secara simultan.
Berbeda dengan pendahulunya yang hanya membawa satu hulu ledak, DF-5B diperkirakan mampu membawa enam hingga sepuluh hulu ledak sekaligus.
Setiap hulu ledak dapat memasuki kembali atmosfer secara independen, menjadikannya sangat sulit dicegat oleh sistem pertahanan rudal lawan.
“Dengan MIRV, satu rudal saja bisa memusnahkan sejumlah sasaran penting dalam satu serangan terkoordinasi. Ini mengubah peta kekuatan nuklir global,” ujar Chen.
Kehebatan DF-5B juga terletak pada akurasinya. Rudal ini diyakini menggunakan kombinasi sistem panduan inersia dan navigasi berbasis satelit, yang jauh lebih presisi dibandingkan generasi sebelumnya.
Kemampuan ini membuatnya sangat efektif dalam menyerang pusat-pusat komando militer, bunker yang diperkuat, hingga infrastruktur vital milik musuh.
Langkah China yang memilih untuk mengungkap DF-5B secara terbuka juga dinilai sebagai upaya menciptakan efek gentar di panggung internasional.
“Ini bukan sekadar pamer, tapi bagian dari strategi deterrence. China ingin memastikan bahwa para pesaingnya berpikir dua kali sebelum bertindak,” kata Chen menegaskan.
Kehadiran DF-5B menjadi pengingat bahwa perlombaan senjata strategis belum usai. Dunia kembali menghadapi kenyataan pahit: di balik diplomasi dan perdagangan global, ada mesin-mesin perang yang terus berkembang di balik layar.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]