WAHANANEWS.CO, Jakarta - Kebijakan luar negeri Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Donald Trump telah mengubah dinamika aliansi pertahanan dengan negara-negara NATO di Eropa.
Salah satu contohnya terlihat dalam konflik Ukraina—di saat AS menghentikan pasokan senjata, banyak negara Eropa justru tetap mendukung Kyiv dengan bantuan militer.
Baca Juga:
45 Pesawat Tempur Langgar Wilayah Udara, Taiwan Kecam Manuver Militer China
Namun, ada satu pertanyaan besar yang kini mengemuka: Bisakah Eropa bertahan tanpa dukungan militer dari AS?
Sejak era Perang Dingin, Amerika Serikat menjadi tulang punggung pertahanan Eropa. Pangkalan militernya tersebar di berbagai negara, menghadirkan jaminan keamanan dari ancaman Rusia.
Tapi kini, seiring dengan ketidakpastian kebijakan Washington, muncul wacana bahwa negara-negara Eropa perlu lebih mandiri dalam urusan pertahanan.
Baca Juga:
Indonesia Salip Israel dalam Peringkat Militer Dunia, Begini Perbandingannya
Masalahnya, laporan terbaru Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) yang dirilis pada 10 Maret 2025 justru mengungkap hal sebaliknya—Eropa makin bergantung pada senjata AS.
Impor Senjata NATO Eropa Melejit, AS Dominan
Dalam lima tahun terakhir, impor senjata negara-negara NATO di Eropa melonjak hingga 155 persen, didorong oleh ancaman Rusia pasca-invasi ke Ukraina.
Dari jumlah tersebut, lebih dari 60 persen senjata yang dibeli berasal dari Amerika Serikat.
“Eropa memang berusaha meningkatkan industri pertahanannya sendiri,” kata Pieter Wezeman, peneliti senior di SIPRI. “Namun, hubungan pasokan senjata dengan AS sudah terjalin begitu dalam.”
Saat ini, negara-negara NATO Eropa masih memiliki hampir 500 pesawat tempur dan berbagai sistem persenjataan lainnya yang masih dalam proses pengiriman dari AS.
Salah satu contohnya adalah pesanan jet tempur stealth F-35 Lightning II, yang dibeli secara kolektif oleh beberapa negara Eropa karena khawatir terhadap potensi konfrontasi dengan Rusia di masa depan.
Menurut analis militer dari Pusat Kajian Keamanan Global, Richard Caldwell, ketergantungan ini bisa menjadi masalah besar bagi NATO di masa depan.
“Eropa saat ini menghadapi dilema. Di satu sisi, mereka ingin mandiri secara militer. Di sisi lain, mereka masih terlalu nyaman dengan pasokan senjata AS,” ujarnya. “Ini seperti kecanduan. Sulit lepas.”
Caldwell juga menyoroti bahwa ketergantungan ini memberi AS pengaruh besar dalam strategi militer Eropa.
“Washington tahu betul bahwa tanpa teknologi dan logistik militer dari AS, NATO akan pincang. Dan itulah yang membuat Eropa sulit melepaskan diri,” tambahnya.
Trump dan Ketidakpastian Jaminan Keamanan
Laporan SIPRI ini muncul di tengah kekhawatiran bahwa pemerintahan Trump mulai bersikap lebih lunak terhadap Rusia.
Akibatnya, sebagian negara Eropa mulai mempertanyakan apakah jaminan keamanan Amerika yang telah berjalan selama puluhan tahun masih bisa diandalkan?
Seorang pejabat pertahanan dari Jerman, yang enggan disebut namanya, mengungkapkan kekhawatirannya.
“Kami tidak bisa terus bergantung pada AS selamanya. Tetapi kenyataannya, industri pertahanan Eropa belum siap untuk menutup kesenjangan ini,” katanya.
“Jika AS tiba-tiba menarik dukungannya, banyak negara NATO akan panik.”
Kekhawatiran ini juga dirasakan di Paris. Presiden Prancis, Emmanuel Macron, beberapa waktu lalu secara blak-blakan menyebut bahwa “Eropa harus mulai membangun otonomi pertahanannya sendiri dan tidak selalu mengandalkan Amerika.”
Seruan serupa juga datang dari Berlin. Beberapa ekonom Jerman kini mulai memperingatkan agar negara itu mengurangi ketergantungan pada senjata AS, termasuk meninjau kembali pembelian jet tempur F-35.
Meski AS tetap menjadi pemasok utama senjata ke Eropa, laporan SIPRI juga mencatat bahwa Perancis, Korea Selatan, Jerman, dan Israel ikut menjadi pemain besar dalam pasar persenjataan global.
Sementara itu, Ukraina kini resmi menyandang gelar sebagai importir senjata terbesar di dunia, dengan AS, Jerman, dan Polandia sebagai pemasok utama.
Adapun di tingkat global, negara-negara dengan impor senjata terbesar selain Ukraina adalah India, Qatar, Arab Saudi, dan Pakistan.
Sementara itu, lima negara pengekspor senjata terbesar di dunia saat ini adalah AS, Perancis, Rusia, Cina, dan Jerman.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]