WahanaNews.co | Harga minyak dunia mulai meninggalkan harga tertingginya belum lama ini. Meski begitu, ancaman kenaikan diperkirakan masih akan terjadi karena perang Rusia dan Ukraina terus berlanjut.
Harga rata-rata nasional Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk satu galon bensin (sekitar 3,7 liter) jenis reguler di Amerika Serikat (AS) mencapai titik terendah pada US$ 4,07 atau setara Rp 58.201 (kurs Rp 14.300) minggu lalu, menurut AAA. Sejak itu, harganya naik empat hari berturut-turut jadi US$ 4,10 atau Rp 58.630 per galon pada Selasa (19/4).
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Kenaikan harga bensin tersebut merupakan yang pertama sejak awal Maret, ketika gejolak perang di pasar energi mencapai puncaknya. Harapan BBM bisa turun menjadi US$ 4 per galon pun semakin jauh.
"Ini tidak turun lagi. Ini adalah berita buruk bagi inflasi," kata Presiden Perusahaan Konsultan Lipow Oil, Andy Lipow dikutip dari CNN, Rabu (20/4/2022).
"Kami tidak akan turun ke US$ 4 pada tahap ini," tambah Lipow.
Baca Juga:
Usai Puluhan Tentara Ogah Balik Perang ke Gaza, Israel Kalang Kabut
Di sisi lain, prospek harga minyak disebut sangat tidak pasti. Situasinya bisa bergerak tajam baik itu lebih tinggi maupun rendah.
Setelah melonjak pekan lalu, minyak turun tajam pada Selasa (19/4) di tengah kekhawatiran permintaan akibat lockdown yang berlanjut di China. Ditambah Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas prospek pertumbuhan ekonomi global untuk 2022 dari 3,8% jadi hanya mampu tumbuh 3,6%. [qnt]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.