WahanaNews.co, Jakarta - Kepolisian Korea Selatan menduga kegiatan latihan militer gabungan antara negara tersebut dengan Amerika Serikat yang akan digelar dalam waktu dekat coba disusupi oleh peretas Korea Utara.
Diberitakan Reuters, pasukan Korea Selatan dan AS akan memulai latihan gabungan musim panas Ulchi Freedom Guardian pada Senin (21/8) selama 11 hari mendatang.
Baca Juga:
'Perang Sunyi' Lawan Beijing: Barat Tertatih-tatih Hadapi Spionase China
Latihan gabungan itu disebut untuk meningkatkan kemampuan dua negara menanggapi ancaman nuklir dan misil Korea Utara yang berkembang.
Namun Korea Utara disebut keberatan dengan latihan tersebut dan mengatakan bahwa kegiatan itu adalah persiapan AS bersama sekutunya, Korsel, untuk melakukan invasi.
Pada Minggu (20/8), Kepolisian Provinsi Gyeonggi Nambu menyatakan bahwa ada sekelompok peretas yang diyakini terkait dengan kelompok periset Korea Utara bernama Kimsuky diduga melakukan percobaan peretasan.
Baca Juga:
Anggota Densus 88 Diduga Mata-matai Jampidsus Febrie, Ini Respons Kejagung
Mereka disebut mengirimkan sejumlah surel ke kontraktor Korea Selatan yang bekerja di pusat simulasi perang agenda latihan gabungan Korsel-AS tersebut.
"Dipastikan bahwa informasi terkait militer tidak tercuri," kata polisi dalam pernyataannya.
Korea Utara sebelumnya membantah mereka terlibat dalam serangan siber ke tetangganya itu.
Peretas Kimsuky telah lama dikenal menggunakan surel "spear-phishing" yang berupaya mengelabui target agar memberikan kata sandi atau mengeklik lampiran atau tautan yang memuat malware.
Kepolisian Korea Selatan dan militer AS melakukan penyelidikan bersama dan menemukan alamat IP yang digunakan dalam upaya peretasan itu.
Alamat IP itu kemudian disebut polisi cocok dengan yang sudah teridentifikasi dalam peretasan 2014 terhadap operator reaktor nuklir Korea Selatan.
Saat itu, Korea Selatan pun menuding Korea Utara berada di balik serangan siber tersebut.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]