"Tiga perempat abad kemudian, kita harus bertanya apa yang telah kita pelajari dari awan jamur yang membumbung di atas kota ini pada 1945."
Guterres menghindari penyebutan langsung Rusia, yang mengklaim invasi ke Ukraina sebagai "operasi militer khusus."
Baca Juga:
Jepang Sudah Lepaskan Air dari Reaktor Nuklir Fukushima ke Samudera Pasifik
Wali Kota Hiroshima Kazumi Matsui, yang tahun ini tidak mengundang duta besar Rusia ke upacara tersebut, memperlihatkan sikapnya yang kritis terhadap tindakan militer Moskow di Ukraina.
"Dalam menginvasi Ukraina, pemimpin Rusia, yang dipilih untuk melindungi kehidupan dan harta benda rakyatnya, menggunakan mereka sebagai alat perang, menghilangkan nyawa dan mata pencaharian warga sipil di negara lain," kata Matsui.
"Di seluruh dunia, gagasan bahwa perdamaian bergantung pada strategi deterensi nuklir mendapatkan momentum," tambah Matsui.
Baca Juga:
Hari Ini Peringatan 78 Tahun Bom Hiroshima di Jepang, Ini Efek Ledakan Nuklir
"Kesalahan ini mengkhianati tekad kemanusiaan, yang lahir dari pengalaman perang kita, untuk mencapai dunia damai yang bebas dari senjata nuklir. Menerima status quo ( bahwa perdamaian tergantung pada strategi deterensi nuklir) dan meninggalkan cita-cita perdamaian yang dipertahankan tanpa kekuatan militer sama dengan mengancam kelangsungan hidup umat manusia itu sendiri."
Pukul 8.15 pada 6 Agustus 1945, pesawat tempur B-29 AS Enola Gay menjatuhkan bom yang dijuluki "Little Boy" dan melenyapkan kota dengan perkiraan populasi 350.000 jiwa.
Ribuan warga meninggal kemudian karena cedera dan penyakit terkait radiasi.