WahanaNews.co | Kementerian Pertahanan Jepang mengumumkan rencana pengembangan produksi teknologi peluru kendali atau rudal jelajah, balistik, hingga rudal hipersonik berkecepatan tinggi.
Rencana ini diungkap Jepang setelah China dengan sengaja menembakkan lima rudal balistik ke zona ekonomi eksklusif perairan Jepang, setelah Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengunjungi Taiwan awal bulan kemarin.
Baca Juga:
Fajar/Rian Juara Kumamoto Masters 2024
Tak hanya itu meningkatnya ancaman dari latihan militer yang digelar China dan Rusia, juga menjadi faktor utama yang membuat pemerintah Jepang mempercepat pengadaan rudal berkecepatan tinggi dalam anggaran tahunan Kementerian Pertahanan yang dirilis Rabu (31/8/2022).
Langkah ini diambil untuk memperkuat kemampuan perang elektromagnetik para militer Jepang serta untuk mengembangkan pertahanan siber dalam menghadapi ancaman dari tentara China dan Rusia.
"China terus mengancam akan menggunakan kekuatan militer untuk mengubah status quo secara sepihak dan mempererat aliansinya dengan Rusia," kata Kemhan Jepang menjelaskan alasan dibalik rencana mereka itu dalam proyeksi anggaran tersebut.
Baca Juga:
Takumi Minamino Senang Namanya Sejajar dengan Legenda Jepang Shunsuke Nakamura
Untuk mendukung rencana tersebut, Jepang bahkan turut meningkatkan anggaran kementerian pertahanan di negaranya sebanyak 3,6 persen menjadi 5,6 triliun yen atau sekitar 39,78 miliar dolar AS pada 1 April 2023 mendatang.
Pembelanja militer ini akan jadi yang terbesar ketiga di dunia di belakang sekutu utama Amerika Serikat, dan negara tetangga China.
Meski kementerian pertahanan Jepang tank merinci berapa banyak senjata yang akan dibeli dengan anggaran tersebut, namun melansir dari Reuters Jepang diketahui akan memesan beberapa rudal udara termasuk Joint Strike Missile (JSM) buatan Kongsberg KOG.OL dari Norwegia, dan rudal LMT.N Joint Air-to-Surface Stand-Off Missile (JASSM) dengan jangkauan hingga hingga 1.000 km (620 mil) buatan pabrik senjata AS Lockheed Martin Corp.